LAPORAN
FISIOLOGI
TERNAK
PENGUKURAN
DATA FISIOLOGI
Oleh:
Hery
widyastuti Nofia Ayu Ningrum
(C31121142)
PROGRAM
STUDY PRODUKSI TERNAK
JURUSAN
PETERNAKAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2013
Pembahasan
Fisiologis Ternak
Fisiologis ternak meliputi suhu tubuh, respirasi dan
denyut jantung. Suhu tubuh hewan homeotermi merupakan hasil keseimbangan dari
panas yang diterima dan dikeluarkan oleh tubuh. Dalam keadaan normal suhu tubuh
ternak sejenis dapat bervariasi karena adanya perbedaan umur, jenis kelamin,
iklim, panjang hari, suhu lingkungan, aktivitas, pakan, aktivitas pencernaan
dan jumlah air yang diminum. Suhu normal adalah panas tubuh dalam zone
thermoneutral pada aktivitas tubuh terendah. Variasi normal suhu tubuh akan
berkurang bila mekanisme thermoregulasi telah bekerja sempurna dan hewan telah
dewasa. Salah satu cara untuk memperoleh gambaran suhu tubuh adalah dengan
melihat suhu rectal dengan pertimbangan bahwa rectal merupakan tempat pengukuran
terbaik dan dapat mewakili suhu tubuh secara keseluruhan sehingga dapat disebut
sebagai suhu tubuh. Respirasi adalah proses pertukaran gas sebagai suatu
rangkaian kegiatan fisik dan kimis dalam tubuh organisme dalam lingkungan
sekitarnya. Oksigen diambil dari udara sebagai bahan yang dibutuhkan jaringan
tubuh dalam proses metabolisme. Frekuensi respirasi bervariasi tergantung
antara lain dari besar badan, umur, aktivitas tubuh, kelelahan dan penuh
tidaknya rumen. Kecepatan respirasi meningkat sebanding dengan meningkatnya
suhu lingkungan. Meningkatnya frekuensi respirasi menunjukkan meningkatnya
mekanisme tubuh untuk mempertahankan keseimbangan fisiologik dalam tubuh hewan.
Kelembaban udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi menyebabkan meningkatnya
frekuensi respirasi. Frekuensi denyut nadi dapat dideteksi melalui denyut
jantung yang dirambatakan pada dinding rongga dada atau pada pembuluh nadinya.
Frekuensi denyut nadi bervariasi tergantung dari jenis hewan, umur, kesehatan
dan suhu lingkungan. Disebutkan pula bahwa hewan muda mempunyai denyut nadi
yang lebih frekuen daripada hewan tua. Pada suhu lingkungan tinggi, denyut nadi
meningkat. Peningkatan ini berhubungan dengan peningkatan respirasi yang
menyebabkan meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga dibutuhkan
darah lebih banyak untuk mensuplai O2 dan nutrient melalui peningkatan aliran
darah dengan jalan peningkatan denyut nadi. Bila terjadi cekaman panas akibat
temperatur lingkungan yang tinggi maka frekuensi pulsus ternak akan meningkat,
hal ini berhubungan dengan peningkatan frekuensi respirasi yang menyebabkan
meningkatnya aktivitas otot-otot respirasi, sehingga memepercepat pemompaan
darah ke permukaan tubuh dan selanjutnya akan terjadi pelepasan panas tubuh.
Frekuensi Pulsus sapi dalam keadaan normal adalah 54-84 kali per menit atau
40-60 kali per menit dan sapi muda 80-90 kali per menit.
Stres
Stres adalah respon fisiologi, biokimia dan tingkah
laku ternak terhadap variasi faktor fisik, kimia dan biologis lingkungan (Yousef
dalam Sientje, 2003). Dengan kata lain, stres terjadi apabila terjadi perubahan
lingkungan yang ekstrim, seperti peningkatan temperatur lingkungan atau ketika
toleransi ternak terhadap lingkungan menjadi rendah (Curtis dalam Sientje,
2003). Stres panas terjadi apabila temperatur lingkungan berubah menjadi lebih
tinggi di atas ZTN (upper critical temperature). Pada kondisi ini, toleransi
ternak terhadap lingkungan menjadi rendah atau menurun, sehingga ternak
mengalami cekaman (Yousef dalam Sientje, 2003). Stres panas ini akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan laktasi sapi perah termasuk di
dalamnya pengaruh terhadap hormonal, produksi susu dan komposisi susu (Mc
Dowell dalam Sientje, 2003). Ternak yang mengalami stres panas akibat meningkatnya
temperatur lingkungan, fungsi kelenjar tiroidnya akan terganggu. Hal ini akan
mempengaruhi selera makan dan penampilan (MC Dowell dalam Sientje, 2003).Stres
panas kronik juga menyebabkan penurunan konsentrasi growth hormone dan
glukokortikoid. Pengurangan konsentrasi hormon ini, berhubungan dengan
pengurangan laju metabolik selama stres panas. Selain itu, selama stres panas
konsentrasi prolaktin meningkat dan diduga meningkatkan metabolisme air dan
elektrolit. Hal ini akan mempengaruhi hormon aldosteron yang berhubungan dengan
metabolisme elektrolit tersebut. Pada ternak yang menderita stres panas, kalium
yang disekresikan melalui keringat tinggi menyebabkan pengurangan konsentrasi
aldosteron (Anderson dalam Sientje, 2003).
STRATEGI PENGURANGAN STRES PANAS
·
Stres panas harus ditangani dengan
serius, agar tidak memberikan pengaruh negatif yang lebih besar. Beberapa
strategi yang digunakan untuk mengurangi stres panas dan telah memberikan hasil
positif adalah :
·
Perbaikan sumber pakan/ransum, dalam hal
ini keseimbangan energi, protein, mineral dan vitamin
·
Perbaikan genetik untuk mendapatkan
breed yang tahan panas
·
Perbaikan konstruksi kandang, pemberian
naungan pohon dan mengkontinyu kan suplai air
·
Penggunaan naungan, penyemprotan air dan
penggunaan kipas angin serta kombinasinya
Kesimpulan
·
Lingkungan berpengaruh besar terhadap
sifat genetik ternak
·
Penerapan ternak di daerah yang iklimnya
sesuai akan menunjang dihasilkannya produksi secara optimal
·
Suhu dan kelembaban lingkungan yang
tinggi dapat menyebabkan stress terhadap ternak sehingga fisiologis ternak
tersebut meningkat dan konsumsi pakan menurun, sehingga produktivitasnya
menurun
·
Suhu tubuh dengan suhu rektal dan suhu
kulit saling berpengaruh karena suhu tubuh di dapat dari kedua suhu tersebut
·
Frekuensi pernapasan berpengaruh kepada
lingkungan, apabila suhu dan kelembaban naik maka frekuensi respirasi dan
denyut jantung akan meningkat
·
Daya tahan terhadap panas dapat dihitung
dengan melihat jumlah keringat yang diekskresikan oleh hewan atau tern
sabar ea ba' ^_^
BalasHapus