Selasa, 25 Juni 2013

BIOKIMIA ENZIM AMILASE



LAPORAN PRAKTIKUM
BIOKIMIA
ENZIM AMILASE


Oleh:
Hery widyastuti Nofia Ayu Ningrum  (C31121142)

DOSEN PEMBIMBING:
Nurkholis, SPt, MP.







Program Study Produksi Ternak
Jurusan Peternakan
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2013
 

TEORI
Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel (Anonim, 2011). Enzim meningkatkan laju reaksi sehingga terbentuk kesetimbangan kimia antara produk dan pereaksi. Pada keadaaan kesetimbangan, istilah pereaksi dan produk tidaklah pasti dan bergantung pada pandangan kita. Dalam keadaan fisiologi yang normal, suatu enzim tidak mempengaruhi jumlah produk dan pereaksi yang sebenarnya dicapai tanpa kehadiran enzim. Jadi, jika keadaan kesetimbangan tidak menguntungkan bagi pembentukan senyawa, enzim tidak dapat mengubahnya (Salisbury, 1995).
Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai katalis yang sangat efisien, disamping itu mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktiasi suatu reaksi enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia ada membutuhkan energi atau mengeluarkan energi (Poedjadi, 2006).
Cairan ludah adalah secretion1 eksokrin, 2 consistingof sekitar 99% air, yang mengandung berbagai elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida, magnesium, bikarbonat, fosfat) dan protein, yang diwakili oleh enzim, immunoglobulin dan faktor antimikroba lainnya, glikoprotein mukosa, jejak albumin dan beberapa polipeptida dan oligopeptida yang penting bagi kesehatan mulut. Ada juga glukosa dan produk nitrogen, seperti urea dan ammonia.3, 4 Komponen berinteraksi dan bertanggung jawab atas berbagai fungsi dikaitkan dengan air liur. Air liur bertanggung jawab untuk pencernaan awal pati, mendukung pembentukan, makanan bolus.13 17 Tindakan ini terjadi terutama oleh adanya enzim pencernaan α-amilase (ptyalin) dalam komposisi air liur. Fungsi biologis adalah untuk membagi pati menjadi maltosa, maltotriosa, dan dekstrin. Enzim ini dianggap baik indikator kelenjar ludah berfungsi, 29 kontribusi 40% sampai 50% dari jumlah ludah protein yang dihasilkan oleh kelenjar. Semakin besar bagian dari enzim (80%) disintesis dalam parotids dan sisanya di submandibula kelenjar. Aksinya tidak aktif di bagian asam dari saluran pencernaan dan akibatnya terbatas pada mulut (Almeida, 2008).
Pengukuran aktivitas amilase dan glukanase dilakukan berdasar kepada kemampuan enzim tersebut dalam mengurai substrat (polisakarida) menjadi monosakarida dalam bentuk gula pereduksi, pada satuan waktu tertentu. Akurasi pengukuran dapat dicapai bila proses deteksi gula pereduksi berlangsung optimum. Reagen DNS yang digunakan dalam mengukur gula pereduksi terdiri dari asam dinitrosalisilat, garam Rochelle dan natrium hidroksida (Rahmansyah, 2003).


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi fungsi :
·         Suhu
Oleh karena reaksi kimia itu dapat dipengaruhi suhu maka reaksi menggunakan katalis enzim dapat dipengaruhi oleh suhu. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian aktig enzim akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
·         pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
·         Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksibertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
·         Konsentrasi substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi substrat akan menaikkan kecepat reaksi. Akan tetapi, pada batas tertentu tidak terjadi kecepatan reaksi, walaupn konsenrasi substrat diperbesar.
·         Zat-zat penghambat
Hambatan atau inhibisi suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.
Suatu enzim hanya dapat bekerja spesifik pada suatu substrat untuk suatu perubahan tertentu. Misalnya, sukrase akan menguraikan rafinosa menjadi melibiosa dan fruktosa, sedangkan oleh emulsin, rafinosa tersebut akan terurai menjadi sukrosa dan galaktosa (Salisbury dan Ross, 1995).
Pati yang juga merupakan simpanan energi di dalam sel-sel tumbuhan ini berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan berdiameter berkisar antara 5-50 nm. Pati umumnya akan terbentuk dari dua polimer molekul glukosa yaitu amilosa (amylose) dan amilopektin (amylopectin). Amilosa merupakan polimer glukosa rantai panjang yang tidak bercabang sedangkan amilopektin merupakan polimer glukosa dengan susunan yang bercabangcabang (Irawan, 2007). Pati merupakan polimer yang tersusun dari unit satuan α-D-glukosa yang dihubungkan oleh ikatan α-1,4 glikosidik dan ikatan α-1,6 glikosidik pada percabangan rantainya. Secara alami, pati merupakan campuran dari amilosa dan amilopektin yang kedua-duanya merupakan suatu polimer dari α-D-glukosa (Sukandar, 2011).

Alat dan Bahan
1.      Alat
·         Cawan Pentri
·         Pipet tetes



2.      Bahan

1.      Uji Emilase Saliva
·         Larutan amilum pati
·         HCL 1M
·         NaOH 1M
·         Larutan yodium encer
·         Air liur (saliva)- disediakan sendiri oleh praktikan


2.      Uji Amilase
·         Singkong rebus
·         Ragi
·         I2













Pelaksanaan Praktikum
Uji Amilase Saliva
1.      Masing masin g kelompok menyiapkan 2 buah tabung reaksi.
2.      Tiap tabung reaksi diisi 3ml larutan amilum (pati), kemudian dilanjutkan dengan perlakuan berikut:
·         3ml larutan amilum + 1ml salifa + HCL 1ml, diinkubasi pada suhu 37°C selama 10 menit.
·         3ml larutan amilum + 1ml saliva + 1ml NaOH 1M, diinkubasi pda suhu 37°C selama 10 menit.
·         3ml larutan amilum + 1ml saliva, diinkubasi pada suhu 80°C selama 10 menit.
·         3ml larutan amilum + 1ml saliva, diinkubasi pada suhu 4°C selama 10 menit.
·         3ml larutan amilum + 1ml saliva, diinkubasi pada suhu 37°C selama 10 menit.
3.      Setelah diinkubasi, tetesi dengan 3 tetes larutan yodium.
Amati perubahan warna yang terjadi.


Uji Amilase
Pengamatan dilakukan selama 3 hari.
1.      Pada Hari pertama
·         Rebus singkong kemudian dinginkan
·         Simpan dalam cawan pentri, kemudiantaburi dengan ragi, lalu peram.
·         Beri tabel T-1
2.      Pada hari kedua
·         Ulangi prosedur yang sama seperti hari pertama
·         Beri kode T-2
3.      Pada hari ketiga
·         Rebus singkong lalu dinginkan.
·         Masing masin g contoh ditetesi dengan larutan I2.
Amati perubahan yang terjadi.




Hasil Pengamatan Enzim Amilase Saliva
Tabung Reaksi
HCL 1M
NaOH 1M
80°
4°
37°
1
3ml amilum + 1m saliva + 1ml HCL 1M



Biru pekat
2

3ml amilum + 1ml Saliva + NaOH 1M


Putih Bening
3
3ml amilum + 1ml saliva

Biru, putih, bening


4
3ml amilum + 1ml saliva


Biru tua

5
3ml amilum + 1ml saliva



Biru muda


Hasil Pengamatan Enzim Amilase
No.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
1
Dikukus + diragi disimpan selama 2 hari
1x tetes iod berwarna coklat tua
2
Dikukus + diragi, disimpan selama 1 hari.
1x iod berubah warna menjadi coklat muda
3
Dikukus
1x tetes iod berubah warna menjadi wbiru pekat hitam.






PEMBAHASAN
Enzirn amilase air ludah manusia terhadap pati jagung dan pati ubi kayu serta untuk rnenentukan besarnya aktivitas enzim amilase air ludah manusia terhadap pati jagung dan pati ubi kayu pada berbagai variasi konsentrasi substrat. Subjek penelitian adalah pati jagung dan pati ubu kayu dan objek penelitian 3alah aktivitas enzirn amilase yang terdapat dalam air ludah terhadap kedua pati ;rsebut. Penentuan aktivitas enzirn amilase dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap I aitu uji kualitatif amilase dengan metode `JVohlgemuth, tahap 2 yaitu penentuan kondisi ptimum komplek iod-amilurn yaitu penentuan panjang gelombang maksimum dan enentuan walctu kestabilan komplek berwarna, tahap 3 yaitu penentuan kondisi aktivitas nzim yaitu penentuan suhu optimum, pH optimum dan waktu inkubasi optimum, dan lhap 4 yaitu penentuan aktivitas enzim amilase yaitu uji iodin dan uji benedict. enentuan aktivitas enzirn amilase ditentukan pada berbagai variasi konsentrasi substrat ,25; 0,50; 0,75; 1,00; 1,50 dan 2,00 % b/v, dan dilakukan dengan mencampurkan abstrat pati dan buffer fosfat pH optimum kemudian diinkubasi dalam penangas air pada ihu optimum dan wak'tu inkubasi optimum setelah itu ditambahkan enzirn amilase ;lanjutnya didinginkan dan ditambahkan larutan iodin lalu diukur absorbansinya pada tnjang gelombang maksimum. Analisis data dilakukan secara statistik menggunakan ANAVA AB. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada aktivitas enzim amilase air ludah manusia terhadap pati jagung dan pati ubi kayu serta ada perbedaan yang gnitikan besarnya aktivitas enzim amilase air ludah manusia terhadap pati jabung besar 0,16; 0,21; 0,38; 0,45; 0,40; dan 0,45 unit yang optimum pada konsentrasi 1 °i° v dan pada pati ubi kayu sebesar 0,25; 0,38; 0,48; 0,55; 0,55; dan 0,55 unit yang juga )timum pada konsentrasi substrat 1 % b/v.


KESIMPULAN
·         Enzim adalah substansi yang dihasilkan oleh sel-sel hidup dan berperan sebagai katalisator pada reaksi kimia yang berlangsung dalam organisme.
·         Enzim juga memiliki spesifitas tinggi terhadap substrat, atau dengan kata lain hanya mau mengkatalis reaksi tertentu dengan substrat tertentu saja.
·         Penyimpanan enzim yang dilakukan didalam pendingin sebelum digunakan dalam percobaan aktivitasi enzim adalah untuk mencegah terjadinya kehilangan aktivitas akibat denaturasi enzim atau hilangnya kofaktor yang penting.
·         Aktivitas enzim dipengaruhi oleh suhu optimal enzim berkisar antara 30- 40 ºC, yaitu suhu tubuh. Diatas suhu 50 ºC enzim secara bertahap menjadi inaktif karena protein terdenaturasi dan pada suhu 100 ºC semua enzim rusak, sedangkan pada suhu sangat rendah, enzim tidak benar - benar rusak tetapi aktifitasnya sangat banyak berkurang.

5 komentar: