Jumat, 06 Maret 2015

USAHA PEMELIHARAAN BROILER DENGAN PROGRAM PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN 6 JAM/HARI SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN




USAHA PEMELIHARAAN BROILER DENGAN PROGRAM PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN 6 JAM/HARI
SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi Ternak Jurusan Peternakan

Oleh:
Hery Widyastuti Nofia Ayu Ningrum
C31121142



PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
POLITENIK NEGERI JEMBER
2014

 


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan jenis unggas lainnya, yaitu dapat dipanen pada umur 28-32 hari. Usaha pemeliharaan ayam broiler memiliki peluang yang sangat bagus untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan populasi ternak ayam broiler yang ada di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237,641 juta jiwa. Pertambahan jumlah penduduk ini berdampak pada meningkatnya jumlah permintaan daging broiler. Peningkatan daging broiler pada tahun 2011 sebanyak 1.337.909 ekor menjadi 1.479.812 ekor pada tahun 2013 (anonim, 2013).
Dalam usaha broiler, para peternak sering mengalami permasalahan permasalahan yang berdampak tidak maksimalnya keuntungan yang diperoleh. Kurang maksimalnya keuntungan ini bisa di karenakan beberapa faktor misalnya tingginya harga DOC, selalu naiknya harga pakan dan ketidak stabilan harga daging.  Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menekan biaya sehingga menghasilkan keuntungan usaha yang maksimal adalah dengan menerapkan program pembatasan pemberian pakan.
Program pembatasan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan efisiensi penggunaan pakan yang nantinya mampu menekan nilai  FCR. Hal ini sejalan dengan Santoso (2001) yang menyatakan bahwa program pembatasan pakan dapat memperbaiki konversi ransum dan menurunkan penimbunan lemak ayam pedaging unsexed. Muherlien, dkk. (tanpa tahun) mengungkapkan bahwa pemberian pakan selama 6 jam/hari menghasilkan angka konversi pakan terendah yaitu 1,6 atau menghasilkan efisiensi pakan yang tinggi pada ayam pedaging finisher.


1.2    Rumusan Masalah
Apakah program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam / hari yang menghasilkan nilai FCR 1,67  dapat meningakatkan efisiensi penggunaan pakan dan  keuntungan dalam usaha pemeliharaan broiler?
1.3    Tujuan dan Manfaat
1.3.1        Tujuan
Usaha pemeliharaan broiler dengan program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/ hari ini dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki konfersi pakan, meningkatkan efisiensi penggunaan pakan, sehingga dapat meningkatkan keuntungan dalam usaha.
1.3.2        Manfaat
Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat memberi informasi dan menambah pengetahuaan kepada para peternak serta masyarakat tentang salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan meningkatkan keuntungan usaha yaitu dengan menggunakan metode pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/ hari

 

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Usaha Peternakan Broiler
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaporkan bahwa  komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dan mudah diperoleh (anomim, 2007).
Semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat akan daging ayam berdampak pada semakin banyak pula usaha peternakan broiler yang bermunculan. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa beternak broiler menjadi usaha yang sangat prospektif.
Permasalahan yang sering muncul dalam usaha peternakan ayam broiler adalah tingginya harga Day Old Chicken (DOC), pakan dan obat-obatan. Permasalahan lain yang harus diperhatikan adalah masalah iklim dan cuaca serta resiko sosial atau lingkungan sekitar. Kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan suhu udara yang tinggi juga menjadi sebuah masalah yang harus diselesaikan. Rao, et al. (2002) menyatakan bahwa pemeliharaan unggas di negara negara tropis, suhu lingkungan merupakan stressor yang utama, dengan kisaran suhu yang luas yaitu 5 - 46ºC untuk waktu yang lama. AAK (1986) menyatakan bahwa dengan suhu lingkungan yang terlalu tinggi berdampak pada rendahnya konsumsi pakan sehingga menghambat laju pertumbuhan.
Rahardi (1993) menyatakan bahwa biaya pemenuhan pakan menjadi faktor biaya yang paling besar dikeluarkan yaitu 60-80% dari total biaya produksi. Permasalahan biaya ini timbul karena kenaikan harga pakan dan biaya produksi yang tidak disertai dengan kenaikan harga ayam hidup.
Selain faktor biaya, permasalahan lainnya adalah dengan munculnya wabah penyakit yang menyerang ayam sehingga menurunkan minat konsumen terhadap daging ayam (Suharno, 2000). Untuk menghindari terjangkit wabah penyakit maka perlu diperhatikan tentang program sanitasi dan biosecurity dalam pelaksanaan pemeliharaan.
Dalam usaha peternakan broiler terdapat tiga faktor utama yang menentukan keberhasilan usaha. Ketiga faktor tersebut yaitu breeding, feeding dan manajemen. Faktor breeding adalah faktor yang berkenaan dengan bibit, feeding adalah faktor yang berhubungan dengan kualitas pakan, sedangkan manajemen adalah faktor produksi yang berhubungan dengan tata laksana dalam beternak. Keberhasilan usaha akan tercapai apabila di dalamnya terdapat program pengelolaan yang baik. Pengelolaan usaha broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik, mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, sampai kepada manajemen pemasaran (Angraini, 2011).

2.2 Program Pembatasan Pakan
Masalah yang dialami peternak yang merugi sebenarnya bukan karena naiknya atau mahalnya harga pakan, melainkan disebabkan oleh tingginya jumlah pakan yang dikonsumsi dan tidak disertai dengan tingginya berat badan masa panen. Tingginya nilai konversi (FCR) menjadi salah satu tolak ukur dari kegagalan dalam beternak. Nilai FCR yang tinggi bisa ditekan dengan mengadakan program pembatasan pakan
Menurut Santoso (1999) pembatasan pakan adalah program pemberian pakan pada ternak secara terbatas pada umur dan periode tertentu. Barbato, et al. (1983) melakukan penelitan terhadap pembatasan jumlah pemberian pakan dan air yang menghasilkan menurunya konsumsi makan, pertumbuhan, komposisi tubuh dan konversi ransum.
Lesson dan Summer (1997) menyatakan bahwa dampak positif dalam sistem pemberian pakan terbatas yaitu untuk menambah efisiensi makanan, sehingga biaya makan yang dipakai untuk memproduksi telur per kilogram menjadi lebih rendah.
Yule dan Fueling (1979) menyatakan bahwa program pembatasan makan selama delapan jam setiap hari dapat meningkatkan bobot badan akir dan konversi ransum yang lebih rendah.
Maherlien, dkk. (tanpa tahun) mengungkapkan bahwa pemberian pembatasan pakan selama 6 jam/hari menghasilkan angka konversi pakan terendah yaitu 1,6 atau menghasilkan efisiensi pakan yang tinggi pada ayam pedaging finisher. Pemberian pakan pada fase finisher ini dikarenakan pada fase ini ayam cenderung membutuhkan pakan sedangkan pertambahan bobot badan cenderung rendah.
Farrel, dkk. (1979) menyatakan bahwa pembatasan pemberian pakan 12 jam pada malam hari menghasilkan bahwa laju pertumbuhan dan nilai konversi pakan terbaik. Hal ini terjadi karena efektifnya penggunaan ransum sebagai akibat dari toleransi terhadap panas. Menurur Rao, et al. (2002) menyatakan bahwa selama cuaca panas, unggas harus dijauhkan dari ransum sementara karena suhu meningkat mencapai puncaknya.
Program pembatasan pakan tidak boleh dilakukan dengan jangka waktu yang terlalu lama, hal ini juga di sampaikan  Walter dan Aitken (1978)  yang menyatakan bahwa apabila pembatasan makan dilakukan terlalu berat maka akan terjadi penurunan produksi ayam di masa produksi.



BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan proyek Usaha Mandiri dengan sistem pemeliharaan penerapan program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/hari ini dilakukan pada 04 Oktober 2014 sampai dengan 07 November 2014 di Kandang Unggas Tengah Politeknik Negeri Jember.

3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Kandang ayam broiler, sekat, lampu, tempat pakan, tempat minum, tirai, sprayerr, timbangan, termometer, dan higrometer.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah 201 ekor DOC (Day Old Chick) merk dagang CP 707, pakan broiler komersial merk dagang ACT, vitamin, gula merah, vaksin, obat, dan kapur.

3.3 Prosedur Pelaksanaan
3.3.1 Persiapan Kandang dan Peralatan
Sanitasi dan pembersihan kandang dimulai pada hari Rabu 24 September 2014. Kegiatan yang dilakukan adalah pencucian dan penyemprotan kandang menggunakan sprayer. Pencucian dan penyemprotan ini bertujuan untuk membersihkan kotoran dari pemeliharaan sebelumnya.
Kamis, 25 September 2014 kegiatan selanjutnya yangg dilakukan adalah pengapuran lantai kandang. Senin, 29 September 2014 kegiatan yang dilakukan adalah penyemprotan Neotisep dan penyemprotan Formalin pada dinding kandang, sekat, tempat pakan dan tempat minum.
Persiapan kandang dan peralatan ini dilakukan dengan tujuan agar kandang yang nantinya di gunakan dalam proyek usaha mandiri ini benar benar bersih serta bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit.

3.3.2 Pemasangan Litter dan Persiapan Brooding.
Pada hari Kamis, 3 Oktober dilakukan pemasangan lingkar pelindung atau chick guard yang terbuat dari seng. Dalam lingkar pelindung inilah natinya akan dilakukan proses brooding.
Pemasangan alas berupa sekam padi yang kemudian dilapisi lembaran lembaran koran, setelah itu barulah pemanas untuk brooding di nyalakan. Masa brooding merupakan masa paling kritis dalam siklus pemeliharaan ayam. Salah penanganan pada masa ini akan berakibat pada tinggginya angka mortalitas serta laju pertumbuhan yang tidak maksimal. Menyalakan pemanas atau induk buatan dilakukan 1 hari sebelum DOC datang, hal ini bertujuan untuk menciptakan temperatur lingkungan yang hangat secara merata sehingga dapat mengurangi angka strees kejut karena dingin (cool shock) pada DOC (Fadilah, 2013)
3.3.3 Penerimaan DOC
Sabtu, 4 Oktober 2014 adalah proses penerimaan DOC. Pada saat DOC datang, pakan dan air gula dengan presentase 2% gula untuk 1 liter air sudah dikondisikan ada di dalam brooding. Pemberian air gula ini bertujuan untuk mengurangi stress dan memberikan energi cepat pakai pada anak ayam, sehingga kelelahan karena perjalanan dapat dikurangi (Rassyaf,2003). Sebelum dimasukan dalam brooding terlebih dahulu dilakukan penimbangan bobot awal DOC.
3.3.4 Vaksinasi
Program vaksinasi dilakukan dengan menggunakan vaksin ND dan Gumboro. Vaksin ND kill diberikan pada umur 4 hari melalui injek,  vaksin Gumboro diberikan pada umur 10 hari melalui air minum. Kemudian ND Lasota diberikan pada umur 21 hari melalui air minum
Vaksinasi dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit, kegiatan ini dapat diartikan sebagai suatu aktivitas memasukan agen penyakit baik itu berupa virus, protozoa atau bakteri yang dilemahkan kedalam tubuh ternak. Pasca pemberian vaksin, ayam di beri minum vitamin selama 3 hari untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh ayam (Fadilah, 2013)


3.3.5 Pemberian Pakan
Ayam broiler dipelihara dengan pemberian pakan normal dan sesuai standart pada umur 1-20 hari.
Pada saat ayam memasuki umur 21 hari program pembatasan pemberian pakan mulai diterapkan. Pemberian pakan dilakukan mulai pukul 17.00 – 11.00 wib. Setelah pukul 11.00 wib seluruh pakan yang tersisa dalam kandang ditarik dan ayam menjalani pemuasaan. Program pembatasan pemberian pakan 6 jam/hari ini dilakukan hingga masa panen.

3.4 Parameter Pengamatan
3.4.1 Konsumsi Pakan
Penghitungan konsumsi pakan dilakukan setiap hari dengan menghitung selisih antara jumlah pakan yang diberikan dan jumlah pakan yang tersisa.
3.4.2 Pertambahan Bobot Badan
Data pertambahan bobot badan diperoleh dengan penimbangan. Penimbangan ini dilakukan 2 kali yaitu diawal minggu dan di akir minggu.
3.4.3 Efisiensi Pakan
Untuk mengetahui keefisiensian pemberian pakan bisa dilihat dari FCR. Perhitungan FCR dilakukan dengan cara membandingkan konsumsi pakan ayam dalam satu minggu dengan bobot badan ayam.
3.4.4 Mortalitas
Perhitungan mortalitas dilakukan selama pemeliharaan dengan membandingkan antara jumlah ayam yang mati pada setiap populasi dengan jumlah total ayam yang dipelihara dan dinyatakan dalam bentuk persen (%).
3.4.5 Morbiditas
Perhitungan morbiditas dilakukan selama pemeliharaan dengan membandingan antara jumlah ayam yang sakit dengan jumlah total ayam yang dipelihara dan dinyatakan dalam bentuk persen (%)



3.4.6 Suhu dan Kelembapan
Pencatatan dari kegiatan pengukurran suhu dan kelembapan dilakukan 3 kali. Pagi hari pada pukul 06.00 wib, malam hari pada pukul 01.00 wib sedangkan sedangkan sore hari pada pukul 18.00 wib.
3.4.7 AnalisaUsaha
a.                   Analisa R/C Ratio ( Revenue/Cost )
Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika perbandingan antara R dan C (R/C) bernilai >  1.
Analisa R/C dihitung dengan rumus :
            R/C Ratio = Total penerimaan penjualan
Total biaya
b.                  Analisa BEP ( Break Even Point)
            Analisa BEP produksi dihitung dengan rumus :
BEP Produksi =Total biaya
                          Harga jual
            Analisa BEP harga dihitung dengan rumus :
BEP Harga  = Total biaya
Total Produksi


BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Konsumsi Pakan
Berdasarkan pemeliharaan dalam proyek usaha mandiri dengan penerapan pembatasan pakan selama 6 jam/hari diperoleh data konsumsi pakan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Konsumsi Pakan Komulatif
Minggu
Ke-
Konsumsi Pakan Komulatif
(Gram/Ekor/Minggu)
                                      I.             
135,82
                                   II.             
479,35
                                III.             
1095,41
                                IV.             
1803,86
                                   V.             
2717,02
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada masa pemeliharaan minggu ke lima memiliki nilai konsumsi pakan komulatif sebesar 2717,02 gram/ekor. Charoen Phokpan (2009) menyatakan bahwa standart konsumsi komulatif pemeliharaan broiler  minggu kelima sebesar 2912 gram/ekor.
Rendahnya konsumsi komulatif pada pemeliharaan  ini diduga karena adanya penerapan program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/hari yang pemberian pakannya dilakukan pada sore hari disaat udara sejuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Reo, et al. (2002) menyatakan bahwa selama cuaca panas unggas harus dijauhkan dari ransum.
Fadilah ( 2013) menyatakan bahwa pemberian pakan harus diberikan pada waktu yang tepat, yaitu pada temperatur dingin atau ssejuk, dan hindari pemberian pakan pada saat cuaca panas yaitu sekitar puku 11.00-15.30. Amrulloh (2003) menyatakan, pada suhu lingkungan yang sejuk broiler akan lebih meningkatkan jumlah konsumsi pakannya, hal ini disebabkan karena broiler berada pada suhu lingkungan yang nyaman baginya.


4.2 Pertambahan Bobot Badan
Data pertambahan bobot badan diperoleh dengan penimbangan. Penimbangan ini dilakukan 2 kali yaitu diawal minggu dan di akhir minggu. Pertambahan bobot badan ini dapat dilihat pada Tabel 4.2
4.2 Tabel Pertambahan Bobot Badan (gram/ekor)
Minggu
Ke-
Bobot Badan (Gram/Ekor)
PBB Fadilah (2005)
BB Akhir
PBB
I.        
177
138
168
II.     
490,75
313,75
236
III.  
954,25
463,5
320
IV.  
1370
415,75
390
V.     
1850
480
417
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dalam pemeliharaan selama 35 hari menghasilkan bobot badan akhir 1850 gram. Meski demikian bobot akhir pemeliharaan yang dicapai masih dapat dikategorikan normal, hal ini juga dikemukakan Santoso dan Sudaryani (2009), yaitu broiler yang dipelihara selama 5 minggu menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 1897 gram/ekor. Atmomarsono (2004) bahwa broiler adalah ayam penghasil daging yang mempunyai produktifitas tinggi, karena dalam waktu 5 minggu mampu mencapai bobot badan 1,75–2 kg.
Pertambahan bobot badan selama pemeliharaan menunjukkan hasil yang baik. Perbandingan pertambahan bobot badan yang dihasilkan selama pemeliharaan lebih tinggi  dari pernyataan Fadilah (2005). Tingginya pertambahan bobot badan ini dimungkinkan dikarenakan adanya penerapan pembatasan pemberian pakan selama 6jam/hari yang dilakukan mulai pukul 11.00-17.00 wib. Pemberian pakan pada saat suhu rendah memungkinkan broiler mengkonsumsi pakan lebih banyak. Fati (1991) menyatakan bahwa bila suhu tinggi, ayam akan mengkonsumsi air lebih banyak yang berakibat pada turunya nafsu makan.
Pemberian pakan pada saat suhu lingkungan yang rendah adalah cara yang tepat untuk membantu meningkatkan laju pertumbuhan broiler. Pada saat suhu panas broiler akan mengalami stres yang berakibat pada turunnya konsumsi ransum hingga terjadi penurunan laju pertumbuhan.
Penerapan pembatasan pemberian pakan berdampak pada rendahnya aktivitas makan pada broiler, dengan akivitas makan yang rendah maka energi yang dibutuhkan juga rendah. Sama halnya apabila ayam memiliki aktivitas makan yang tinggi maka konsumsi pakan akan meningkat dan kebutuhan energi akan meningkat pula sehingga energi yang digunakan untuk pertumbuhan bobot badan jadi berkurang. Itu sebabnya pemeliharaan broiler dengan sistem pemberian pakan secara normal memiliki angka pertambahan bobot badan yang cenderung lebih rendah bila dibandingkan dengan broiler yang dipelihara menggunakan sistem pembatasan pemberian pakan selama 6jam/hari.

4.3 Efisiensi Pakan
Untuk mengetahui keefisiensian pemberian pakan dilihat dari nilai konversi pakan (FCR). Perhitungan FCR dilakukan dengan cara membandingkan konsumsi pakan dalam satu minggu dengan bobot badan yang diperoleh.
Tabel 4.3 Tabel Konversi Pakan
Minggu
Ke-
FCR Pemeliharaan
Mingguan
FCR Pemeliharaan Kumulatif
FCR Kumulatif Fadilah
(2005)
I
0,98
0,98
0,95
II
1,09
1,06
1,25
II
1,32
1,19
1,37
IV
1,70
1,35
1,64
V
1,90
1,50
1,76
Hasil dari pemeliharaan broiler memperoleh nilai konversi pakan komulatif sebesar 1,50. Nilai FCR kumulatif pemeliharaan menunjukan angka yang lebih rendah dari pembanding. Hal ini dikarenakan adanya penerapan program pembatasan pemberian pakan selama 6jam/hari.
Kecilnya angka FCR menunjukan menunjukkan bahwa penggunaan pakan semakin efisien dan semakin ekonomis. Asriati (1996) menyatakan bahwa konversi ransum adalah ukuran efisiensi yang membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan penggunaan out put atau sumber daya per satuan yang sama yaitu jumlah ransum yang dikonsumsi oleh sekelompok ayam dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan bobot hidup pada waktu ttertentu pula. Angka konversi pakan yang rendah menunjukan bahwa pakan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi (Yuwanta,2004). Nastiti  (2012 ) menyatakan bahwa konversi pakan yang rendah menunjukkan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan semakin meningkat dan efisiensi pakan semakin tinggi.
Tingginya tingkat keefisiensian penggunaan pakan pada pemeliharaan broiler ini dimungkinkan karena adanya penerapan pembatasan pemberian pakan sehingga broiler mengalami penurunan aktivitas. Pada saat aktivitas makan berkurang itu berarti bahwa energi yang digunakan untuk aktivitas juga berkurang sehingga energi tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pertumbuhan.
 Barbato, et al. (1983) melakukan penelitan terhadap pembatasan jumlah pemberian pakan dan air yang menghasilkan menurunya konsumsi makan, pertumbuhan, komposisi tubuh dan konversi ransum. Program pembatasan makan selama delapan jam setiap hari dapat meningkatkan bobot badan akir dan konversi ransum yang lebih rendah (Yule dan Fueling, 1979). Maherlien, dkk. (tanpa tahun) juga mengungkapkan bahwa pemberian pembatasan pakan selama 6 jam/hari menghasilkan angka konversi pakan terendah yaitu 1,6 atau menghasilkan efisiensi pakan yang tinggi pada ayam pedaging finisher.

4.4 Mortalitas
Perhitungan mortalitas dilakukan dengan membandingkan jumlah ayam yang mati pada setiap populasi dengan jumlah total ayam yang dipelihara selama pemeliharaan dan dinyatakan dalam bertuk persen (%)
Angka mortalitas atau jumlah kematian yang dialami selama masa pemeliharaan adalah 2 ekor atau 0,99% dari total broiler yang dipelihara sebanyak 201 ekor. Angka mortalitas tersebut dikaegorakn rendah karena beradda jauh dibawah ambang batas toleransi kematian yaitu 5%  (Tammalluddin, 2012).
Rendahnya angka mortalitas ini dikarenakan penerapan manjemen pemeliharan yang sesuai dengan kebutuhan hidup broiler. Riduwanto (2010), tingkat mortalitas dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bobot badan, tipe ayam, iklim, kebersihan lingkungan, sanitasi peralatan, kandang, penyakit, serta suhu lingkungan.

4.5 Analisa Usaha
Akhir pemeliharaan dilakukan pemasaran broiler, penjualan hasil produksi dilakukan secara langsung kepada pedagang broiler, dengan harga yang telah disepakati. Perhitungan pengeluaran dan penerimaan usaha ayam broiler dengan penerapan program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/ hari sebagai upaya memperbaiki efisiensi pakan dapat di lihat pada Tabel 4.4
4.4 Tabel Analisa Usaha Pemeliharaan Broiler
Analisa Usaha
Hasil
Total produksi
369,5 kg
Total biaya
Rp. 5.120.000,
Harga jual
Rp. 11.000/kg
Total pendapatan
Rp. 4.361.000
Kerugian
Rp. 758.500
R/c Ratio
0,85
BEP Produksi
465,5 kg
BEP Harga
Rp. 13.856,5
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa usaha pemeliharaan broiler dengan penerapan program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/hari mengalami kerugian usaha sebesar Rp. 758.500. Kerugian usaha ini dikarenakan rendahnya harga jual broiler yang hanya Rp. 11.000/kg.


DAFTAR PUSTAKA
________. 1989. Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta. Kanisius.

Angriani. E.D. 2011. Perbandingan Pendapatan Antara Peternak Mitra dan Peternak Mandiri Ayam Broiler di Kab Bungo. Padang. Universitas Andalas press.

Asriati. 1996. Konversi Ransum Pada Ayam. Info Medion. Bandung. PT Medion.

Barbato. G. F. P. B. Siegel. And J. A. Cherry. 1983. Selection For Body Weight At Eight Week of Age. 16 Restriction of Feed and Water. Poul Sci.

Farrel. D. J. 1979. Pengaruh Dari Suhu Tinggi Terhadap Kemampuan Biologis Dari Unggas. Bogor. Pusat Penelitian dan Industri Perunggasan.

Lesson. S and J. D. Summers. 1997. Commercial Poultry Nutision Secound Edition. Canada. University of Guelph press.

Maherlien. Achmanu. Kurniawan. Tanpa Tahun. Efek Lama Waktu Pembatasan Pemberian Pakan Terhadap Performans Ayam Pedaging Finisher. Malang. Universitas Brawijaya Press.

Nastiti. R. 2012. Menjadi Milyader Budidaya Ayam Broiler. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Rahardi. F. 2001. Agribisnis Peternakan. Jakarta. Penebar Swadaya.

Reo. R. SV.D. Nagalashmi, and V.R. Redy. 2002. Feeding to Minimize Heat Stress. Poultry Internasional.

Santoso. H. dan T. Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam Pedaging Hari Per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta. Penebar Swadaya.

Santoso. U. 2001. Effects of Early Feed Restriction on Growth, Fat Accumulation and Meat Composition in Unsexed Broiler Chikens. Asian-Aust. J.Amin. Sci.

Santoso. U. 1999. Aplikasi Teknologi Pembatasan Pakan Pada Industri Broiler. Poulty Indonesia.

Suharno. Bambang. 2000. Kiat Sumber Berbisnis Ayam. Jakarta. Penebar Swadaya.

Yule. K. W. And  K. Bondari. 1978. Effect of Timing and Duration of Restricted Feeding on Compensatory Growth in Broiler.

Yuwanto. T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta. Kanisius.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar