Minggu, 30 Juni 2013

FISIOLOGI DARAH



TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah Secara Umum
Darah memiliki dua komponen penyusun yaitu plasma dan sel darah. Plasma darah merupakan bagian dari komponen darah yang berwarna kekuning-kuningan yang jumlahnya sekitar 60% dari volume darah, sedangkan sel darah adalah komponen selluler dari darah termasuk sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (Leukosit) dan keping-keping darah (trombosit). Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang mengalir ke seluruh tubuh melalui vena dan arteri yang memasok oksigen, dan bahan makanan ke seluruh jaringan tubuh serta mengambil karbondioksida dan sisa metabolisme dari jaringan (Anonim, 2009).
Darah adalah cairan yang terdapat pada semua hewan tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat-zat oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan metabolisme dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Darah di dalam pembuluh darah, cairan interstitial disekitar sel, dan cairan limfe di dalam pembuluh limfe menyusun lingkungan dalam dari makhluk hidup. Darah juga berpartisipasi dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature tubuh, dan sebagai pertahanan suatu organisma terhadap penyakit. Semuanya adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkungan interna yang konstan (Siregar, H 1995).
Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Plasma darah dan sel-sel darah dapat terpisah dan bebas bergerak dalam cairan interseluler. Cairan ekstrasel dalam darah mensuplay sel-sel dengan nutrisi dan zat-zat lain yang diperlukan untuk fungsi selular, tetapi sebelum digunakan zat ini harus ditransfort melalui membrane sel dengan dua proses utama yaitu difusi dan osmosis serta transfor aktif. Dinding sel eritrosit sangat permeable terhadap sifat apapun. Darah mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk tubuh. Darah mengangkut zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal, dan hormon dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh (Sonjaya, 2005).
Darah merupakan cairan dengan volume yang berbeda-beda tergantung pada jenis kelamin, ukuran tubuh, dan umur setiap orang atau individu. Jumlah darah dalam tubuh bervariasi tergantung pada berat tubuh seseorang. Pada orang dewasa 1/13 berat badan kira-kira 4-5 liternya adalah darah. Faktor lain yang juga menentukan banyaknya darah adalah umur, pekerjaan, keadaan jantung dan pembuluh darah. Total sirkulasi dari volume darah diperkirakan sekitar 5 s/d 8% dari total bobot badan dan angka ini bervariasi menurut umur, spesies, besar tubuh, aktivitas, status kesehatan, status gizi dankondisi fisiologi (bunting dan laktasi) (Syaifuddin, 2002).
Darah merupakan jaringan tubuh yang terdiri dari bagian cair (plasma) dan bahan-bahan interseluler. Oleh karena sel mempunyai fungsi yang sangat spesifik, sehingga sulit untuk melakukan adaptasi yang diperlukan terhadap adanya perubahan pada lingkungannya, maka internal environment harus dipertahankan dalam batas-batas fisiologis tertentu. Usaha untuk mempertahankan lingkungan disekitar sel dalam batas-batas fisiologis disebut homeostasis (Anonim, 2009).
Darah mengangkut oksigen zat-zat makanan dari alat pencernaan ke jaringan tubuh, hasil limbah metabolisme dari jaringan tubuh ke ginjal dan hormone dari kelenjar endokrin ke target organ tubuh. Darah juga berpartisipasi dalam pengaturan kondisi asam-basa, keseimbangan elektrolit dan temperature tubuh, dan sebagai pertahanan suatu organisme terhadap penyakit. Semuanya adalah fungsi yang berhubungan dengan pemeliharaan lingkngan interna yang konstan (Sonjaya, 2005).
Darah mengalir lebih lambat dari air, ini kemungkinan disebabkan oleh visikositasnya dan sifat adhensif dari darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tbuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transfortasi dengan darah. Darah membantu mengangkut zat-zat makanan yang diperlukan oleh jaringan tubuh. Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri dan berwarna merah unggu gelap di dalam vena, setelah melapas sebagian oksigen ke jaringan dan menerima produk sisa dari jaringan (Anonim, 2009).
1. Komponen Penyusun Darah
Pembentkan sel darah mulai terjadi pada sm-sum tulang setelah minggu ke 20 masa kehidupan embrionik. Dengan semakin bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang. Pada orang dewasa pembentukan sel darah diluar sum-sum tulang masih dapat terjadi. bila sum-sum tulang mengalami kerusakan atau mengalami fibrosis. Sampai dengan usia 5 tahun. Pada dasarnya semua tulang dapat menjadi tempat pembentukan sel darah. Dengan semakin bertambahnya usia janin, produksi sel darah semakin banyak terjadi pada sumsum tulang dan peranan hati dan limpa semakin berkurang (Anonim, 2008).
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsng dengan sel-sel dalam tubuh kita. Darah manusia tersusun atas da komponen, yaitu sel-sel darah dan plasma darah (cairan darah). Sel-sel darah terdiri atas dua yaitu sel darah merah dan sel darah putih (Sonjaya, 2005).
Pada sum-sum tulang terdapat sel progenitor yang merupakan penghasil semua sel darah. Nampaknya sum-sum tulang mempunyai kelompok sel yang menghasilkan sel darah tertentu, kecuali netrofil dan monosit yang nampaknya berasal dari kelompok sel yang sama. . Terbentuk 8 macam sel yang berbeda dan semua dihasilkan dari satu jenis sel batang pluripoten yang akan menurunkan 5 garis keturunan sel yang berbeda. Garis mieloblas menghasilkan tiga jenis sel granulosit sedangkan garis monoblas dan limfoblas menghasilkan sel agranulosit. Eritrosit atau sel darah merah dan trombosit dibentuk dari garis keturunannya masing-masing (Watson, R 1997).
Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organic dengan satu atom besi. Selain itu juga dapat dikatakan bahwa hemoglobin dalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transfor oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Hemglobin diukur dalam satan gram per 100 ml. Nilai normal adalah 14-16 g per 100 ml. Hemoglobin mempunyai daya tarik yang kuat terhadap oksigen. Ketika sel darah melewati paru-paru, hemoglobin akan bergabng dengan oksigen dari udara dan warnanya menjadi cerah (Watson, 1997).
Sel darah merah mengalami sejumlah stadium dalam perkembangannya di dalam um-sum tulang. Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Jumlah sel darah merah bervariasi tergantung jenis kelamin, usia, dan juga ketinggian tempat orang tersebut hidup. Jumlah sel darah merah bisa berkurang misalnya karena luka yang mengeluarkan banyak darah atau karena anemia (Srikini, 2000).
Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit. Sel darah putih atau leukosit berukuran lebih besar daripada sel darah merah, diameternya sekitar 10µm, dan jumlahnya lebih sedikit teradpat 7-10 X 109 leukosit per liter darah dan jumlah in bias meningkat sampai 30 X 109 per liter darah bila ada infeksi di dalam badan. Penngkatan ini dikenal sebagai leukositosis (Watson, R 1997).
Trombosit mempunyai karakteristik seperti sel pada umumnya walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat melakukan reproduksi. Dalam sitoplasma trombosit berperan aktif. Membran sel trambosit diliputi oleh glikoprotein yang mencegah perlekatan dengan endothel normal, tetapi mrmudahkan perlekatan dengan endothel yang rusak. Bentuk keeping darah tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sumsum merah, serta berperan penting pada proses pembekuan darah Membran sel juga mengandung platelet factor 3 untuk proses pembekuan darah (Anonim, 2009).
Trombosit atau Keping-keping darah berkerut pada pembuluh darah luka dimana trombosit melepaskan satu bahan yang membatasi kehilangan darah sebelum koagulasi (pembekuan darah) terjadi. Pada kuda jumlahnya berkisar antara 110.000 – 300.000 per mm3 dengan rataan 170.000 (Sonjaya, 2005).
Plasma darah berguna dalam pengaturan tekanan osmosis darah sehingga dengan sendirinya jumlahnya dalam tubuh akan diatur, misalnya dengan proses ekrenasi. Plasma darah juga bertugas membawa sari-sari makanan, sisa sisa metabolisme, hasil sekresi dan beberapa gas. Serum yang bersal dari hewan tersebut , dapat disuntikkan kepada hewan yang peka terhadap penyakit yang sama untuk memberikan perlindungan paif, selama antibody itu masih berada di tubuh hewan yang peka itu (Sarkini, 2000).
2. Fungsi darah
Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah di dalam arteri dan berwarna merah unggu gelap di dalam vena, setelah melapas sebagian oksigen ke jaringan dan menerima produk sisa dari jaringan. Bahan-bahan tersebut diangkut ke seluruh sel dan jaringan, dimana bahan-bahan tersebut akan berdifusi dari kapiler ke jaringan intersritial, masuk ke dalam sel dan selanjutnya akan dipergunakan untuk semua aktifitas sel. Darah membantu mengangkut zat-zat makanan yang diperlukan oleh jaringan tubuh (Anonim, 2009).
Darah merupakan suatu cairan yang sangat penting bagi manusia karena berfungsi sebagai alat transfortasi serta memiliki banyak kegunaan lainnya untuk menunjang kehidupan. Tanpa darah yang cukup seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Darah adalah cairan yang terdapat pada hewan tingkat tinggi yang berfungsi sebagai alat transfortasi zat seperti oksigen, bahan hasil metabolisme tbuh, pertahanan tubuh dari serangan kuman, dan lain sebagainya. Beda halnya dengan tumbuhan, manusia dan hewan level tinggi punya sistem transfortasi dengan darah (Syaifuddin, 2002).
Fungsi darah pada tubuh manusia ataupun ternak adalah sebagai alat pengangkut air dan menyebarkannya ke seluruh tubuh, sebagai alat pengangkut oksigen dan akan menyebarkannya ke seluruh tubuh, mengangkut hasil oksidasi untuk dibuang melalui alat ekskresi, mengangkut getah hormone dari kelenjar bungtu atau endokrin, menjaga suhu temperature tubuh, mencegah infeksi dengan sel darah putih, antibody, dan sel darah beku, serta mengatur keseimbangan asaam basa dalam tubuh. darah berfungsi untuk mentransfor asam amino, asam lemak, mineral, dan bahan-bahan nutrisi lainnya darah juga mentransfor hormone dan vitamin kesel untuk mengatur proses metabolisme dalam sel. Melalui pertukaran ion-ion dan molekul pada cairan interstitial, darah membantu mempertahankan pH dan konsentrasi elktrolit pada cairan interstitial dalam batas-batas yang dibutuhkan untuk fungsi sel yang normal (Surkini, 2000).
3. Sel Darah Merah, Sel Darah Putih dan Keping-Keping Darah
Sel darah merah tidak memiliki nucleus, tetapi berisi suatu protein khusus yang disebt hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu pigmen berwarna kuning, tetapi efek keseluruhan hemoglobin adalah membuat darah berwarna merah. Hemoglobin mengandung sejumlah kecil besi dan besi ini esensial bagi kesehatan, meskipun jumlah totalnya di dalam darah dikatakan hanya cukup untuk membat paku sepanjang 2 inci. Dalam kondisi sehat, hamper semua sel darahmerah di dalam darah seharusnya berbentuk eritrosit, dengan hanya sedikit retikulosit. Banyak factor yang menentukan pembentukan normal sel darah merah (Watson, R 1997).
Eritroblas adalah sel besar yang mengandung inti dan sejumlah kecil hemoglobin. Sel ini kemudian berkembang menjadi normoblas yang berukuran lebih kecil. Inti sel kemudian mengalami disintegrasi dan menghilang sitoplasma mengandung benang-benang halus. Pada stadium ini sel tersebut disebut retikulosit, akhirnya, benag-benang menghilang dan menjadi eritrosit matang yang segera dilepas ke aliran darah (Anonim, 2009).
Sel darah merah diproduksi di dalam sum-
sum merah pada tulang spongiosa, yang
terdapat pada ujung tulang panjang dan
didalam tulang pipih dan tidak regular
(Anonim, 2009)


Gambar 1. Sel darah merah
Berdasarkan Gambar 1 diatas, Sel darah merah hidup dalam sirkulasi selama sekitar 120 hari, kemudian dimakan oleh sel-sel pada system monosit di dalam limfa dan kelenjar limfe. Di sini hemoglobin dipecah menjadi komponen-komponenya dan kemudian dibawah kedalam hati. Globin dikembalikkan ke gudang protein dan ekskresi dalam urine setelah dipecah lebih lanjut (Surkini 2000).
Sel darah putih berbentuk tidak tetap. Sel darah putih dibuat di sum-sum marah, kura dan kelenjar limpa. Fungsinya memberantas kuman-kuman penyakit (Anonim, 2009).
Sel darah putih di bentuk sebagian dalam sum-
sum tulamg (granulosit, monosit dan limfosit)
dan sebagian dalam jaringan limfa (limfosit
dan sel-sel plasma) (Anonim, 2009).


Gambar 2. Sel Darah Putih
Berdasarkan gambar 2 diatas, Sel darah putih terdiri dari 2 jenis sel seperti leukosit granular dan leukosit agranular. Leukosit granular terdiri dari 3 jenis yaitu, netrofil, eosinofil dan basofil. Sedangkan leukosit agranular terdiri dari tiga jenis yaitu, monosit, limfosit dan sel plasma. neutrofil, limfosit, eosinofil, basofil, monosit dan trombosit dapat dinyatakan masing-masing dalam % apabila jumlah total sel darah putih tersebut dihitung dalam 100%.
Trombosit merupakan fragmen sel yang berdiameter 2-4µm. Dibentuk dalam sum-sum tulang dan limfa, mempunyai massa hidup 8-10 hari. Keping-keping darah berkerut pada pembuluh darah luka dimana trombosit melepaskan satu bahan yang membatasi kehilangan darah sebelum koagulasi (pembekuan darah) terjadi. Pada kuda jumlahnya berkisar antara 110.000 – 300.000 per mm3 dengan rataan 170.000 (Sonjaya, 2005).

Trombosit atau keeping darah merupakan sel yang
berbentuk oval dengan diameter 2µm. Dibentuk di
sum-sum tulang dari megakariosit, dan dalam sirkulasi
jumlahnya mencapai 300.000/micron-L. (Anonim,
2009).
Gambar 3. Trombosit
Dalam sitoplasma trombosit berperan aktif. Membran sel trambosit diliputi oleh glikoprotein yang mencegah perlekatan dengan endothel normal, tetapi mrmudahkan perlekatan dengan endothel yang rusak. Membran sel juga mengandung platelet factor 3 untuk proses pembekuan darah. Trombosit mempunyai karakteristik seperti sel pada umumnya walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat melakukan reproduksi (Anonim, 2009).



B. Waktu Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia (koagulan) ke dalam air yang akan dioIah. Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan (Anonim 2009)
Penggumpalan darah atau pembekuan darah, atau disebut juga dengan koagulasi darah terjadi apabila darah ditampung dan dibiarkan begitu saja. Menurut Anonim (2009), waktu koagulasi adalah waktu mulai darah mulai keluar sampai keluarnya benang fibrin. Sedangkan menurut Sonjaya (2008), waktu koagulasi adalah waktu yang dibutuhkan darah untuk menggumpal dimana bervariasi untuk berbagai spesies.
Mekanisme koagulasi atau proses koagulasi (penggumpalan darah) terjadi lewat mekanisme kompleks yang diakhiri dengan pembentukan fibrin (protein dalam plasma darah yang diubah oleh trombin/enzim pembeku darah dalam proses pembekuan darah). Mekanisme ini terjadi jika ada cedera di dalam maupun di permukaan tubuh. Kondisi darah mudah menggumpal bisa terjadi karena faktor keturunan maupun didapat misalnya akibat infeksi maupun tingginya antibodi antikardiolipid (ACA) akibat gangguan autonium (Anonim, 2009).
Waktu koagulasi normal pada manusia yaitu 15 detik sampai 2 menit dan berakhir dalam waktu 5 menit. Sedangkan waktu koagulasi pada ternak seperti sapi 6,5 menit, kambing 2,5 menit, ayam 4,5 menit, kuda 11,5 menit, babi 3,5 menit, domba 2,5 menit dan anjing 2,5 menit (Frandson, 1992).
Antikoagulan adalah suatu zat atau obat yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah diluar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi (Anonim, 2009).
Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok (Anonim, 2009) :
1. Heparin
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek yang cepat misalnya untuk emboli paru-paru dan trombosis vena dalam, oklusi arteri akut atau infark miokard akut. Obat ini juga digunakan untuk pencegahan tromboemboli vena selama operasi dan untuk mempertahankan sirkulasi ekstraorporal selama operasi jantung terbuka. Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang memerlukan antikoagulan.
2. Antikoagulan oral, terdiri dari derivat 4 – hidroksikumarin misalnya : dikumoral, warfarin dan derivat indan – 1,3 –dion misalnya : nanisindion.
Seperti halnya heparin, antikoagulan oral berguna untuk pencegahan dan pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini digunakan dalam waktu jangka panjang, Terhadap trombosis vena, efek antikoagulan oral sama dengan heparin, tetapi terhadap tromboemboli sistem arteri, antikoagulan oral kurang efektif. Antikoagulan oral diindikasikan untuk penyakit dengan kecenderungan timbulnya tromboemboli, antara lain infrak miokard, penyakit jantung rematik, serangan iskemia selintas, trombosis vena, emboli paru.
3. Antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium, salah satu faktor pembekuan darah.
Natrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk tranfusi, karena tidak tosik. Tetapi dosis yang terlalu tinggi umpamanya pada transfusi darah sampai 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung. Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk antikoagulan di luar tubuh (in vitro), sebab terlalu toksis untuk penggunaan in vivo (di dalam tubuh). Natrium adetat mengikat kalsium menjadi kompleks dan bersifat sebagai antikoagulan..
C. Waktu Pendarahan
Waktu pendarahan adalah waktu yang dibutuhkan kulit berdarah untuk berhenti estela penusukan kulit. Darah dihapus setiap 30 detik atau luka diredam dalam larutan fisiologis (Sonjaya, 2008). Sedankan menurut Anonim (2009), waktu pendarahan adalah interval waktu mulai timbulnya tetes darah dari pembuluh darah yang luka sampai darah berhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat yang menutupi celah pembuluh darah yang rusak. Peningkatan waktu pendarahan setelah pemberian bahan uji menunjukkan adanya efek antiagregasi platelet.
Waktu pendarahan biasanya dapat juga diartikan sebagai waktu ulai keluarnya tetesan darah pertama sampai tidak ada lagi noda di kertas saring atau tissue. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah. Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pendarahan suatu darah yaitu besar kecilnya luka, suhu, status kesehatan, umur, besarnya tubuh dan aktivitas, kadar hemaglobin dalam plasma dan kadar globulin dalam darah (Sonjaya, 2008).
Pendarahan yang hebat dapat diarkibatkan oleh slaah satu defisiensi salah satu dari factor pembekuan. Tiga jenis kecenderungan pendarahan tertentu adalah defisiensi vitamin K, hemofilia, tromboplasitoplatopenia. Defisiensi vitamin K yakni berupa penurunan factor VII,IX dan X yang dikarenakan defisiensi vitamin K, hepatitis, sirosis dan penyakit hati lainnya dapat menekan pembentukan protrombin dan factor VII,IX dan X. Dengan demikian hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat. Hebatnya sehingga penderita mempunyai kecenderungan mengalami pendarahan yang hebat. Hemofilia yaitu defisiensi herediter yang semuanyan menyebabkan kecenderungan pendarhan yang sukar dibedakan satu yang lainnya (Syaifuddin, 2002).
Waktu pendarahan diamati sebagai interval waktu timbulnya tetes darah dari mulai pembulh darah yang luka sampai darah terhenti mengalir keluar dari pembuluh darah. Penghentian pendarahan ini disebabkan oleh terbentuknya agregat pletelat yang menutupi calah pembuluh darah yang rusak (Anonim, 2009).
D. Laju Endap Darah
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya. Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter. Namun biasanya dokter langsung akan melakukan pemeriksaan tambahan lain, bila nilai Laju Endap Darah di atas normal. Sehingga mereka tahu apa yang mengakibatkan nilai Laju Endap Darahnya tinggi. Selain untuk pemeriksaan rutin, Laju Endap Darah pun bisa dipergunakan untuk mengecek perkembangan dari suatu penyakit yang dirawat. Bila Laju Endap Darah makin menurun berarti perawatan berlangsung cukup baik, dalam arti lain pengobatan yang diberikan bekerja dengan baik (Anonim, 2009).
Laju Endap Darah (LED) terutama mencerminkan perubahan protein plasma yang terjadi pada infeksi akut maupun kronik, proses degenerasi dan penyakit limfoproliferatif. Peningkatan laju endap darah merupakan respons yang tidak
spesifik terhadap kerusakan jaringan dan merupakan petunjuk adanya penyakit (www.kalbe.co.id).
Bila dilakukan secara berulang laju endap darah dapat dipakai untuk menilai perjalanan penyakit seperti tuberkulosis, demam rematik, artritis dan nefritis. Laju Endap Darah (LED) yang cepat menunjukkan suatu lesi yang aktif, peningkatan Laju Endap Darah (LED) dibandingkan sebelumnya menunjukkan proses yang meluas, sedangkan Laju Endap Darah (LED) yang menurun dibandingkan sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Laju Endap Darah (LED) adalah faktor eritrosit, faktor plasma dan faktor teknik. Jumlah eritrosit/ul darah yang kurang dari normal, ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan eritrosit yang mudah beraglutinasi akan menyebabkan Laju Endap Darah (LED) cepat. Walaupun demikian, tidak semua anemia disertai Laju Endap Darah (LED) yang cepat. Pada anemia sel sabit, akantositosis, sferositosis serta poikilositosis berat, laju endap darah tidak cepat, karena pada keadaan-keadaan ini pembentukan rouleaux sukar terjadi. Pada polisitemia dimana jumlah eritrosit/µl darah meningkat, Laju Endap Darah (LED) normal (Anonim, 2009)
Pembentukan rouleaux tergantung dari komposisi protein plasma. Peningkatan kadar fibrinogen dan globulin mempermudah pembentukan roleaux sehingga Laju Endap Darah (LED) cepat sedangkan kadar albumin yang tinggi menyebabkan Laju Endap Darah (LED) lambat (Syaifuddin, 2002)
Yang perlu diperhatikan adalah faktor teknik yang dapat menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan Laju Endap Darah (LED). Selama pemeriksaan tabung atau pipet harus tegak lurus; miring dapat menimbulkan kesalahan 30%. Tabung atau pipet tidak boleh digoyang atau bergetar, karena ini akan mempercepat pengendapan. Suhu optimum selama pemeriksaan adalah 20°C, suhu yang tinggi akan mempercepat pengendapan dan sebaliknya suhu yang rendah akan memperlambat. Bila darah yang diperiksa sudah membeku sebagian hasil pemeriksaan laju endap darah akan lebih lambat karena sebagian fibrinogen sudah terpakai dalam pembekuan. Pemeriksaan laju endap darah harus dikerjakan dalam waktu 2 jam setelah pengambilan darah, karena darah yang dibiarkan terlalu lama akan berbentuk sferik sehingga sukar membentuk rouleaux dan hasil pemeriksaan laju endap darah menjadi lebih lambat (Anonim, 2009)
Diposkan oleh Fisiologi animal Husbandry di 09:09 Description: http://www.blogger.com/img/icon18_edit_allbkg.gif
Label:

KULIAH LEMAK



1.      LEMAK
            Telah dibicarakan di bab terdahulu bahwa dietary fat mempunyai beberapa fungsi sebagai sumber energi, sebagai sumber asam lemak esensial, sebagai alat carrier untuk vitamin yang larut lemak dan juga untuk membuat makanan/ pakan lebih palateble. Yang dibicarakan pada bagian ini juga seperti pada protein adalah perbedaan-perbedaan pokok metabolisme lemak pada hewan ruminansia dan nonruminansia. Digesti lemak terjadi pada lumen usus pada nonruminansia. Digesti lemak terjadi pada lumen usus pada nonruminansia dan pada lumen rumen ruminansia. Selanjutnya absorbsi terjadi lewat dinding usus yang berlanjut lewat sistem lymphaticus dan peredaran darah portal.

a.      NonRuminansia
            Pada nonruminansia, mulai terjadi proses digesti lemak di usus kecil oleh lipase pacreas dan garam empedu. Tryglycerida dehydrolisasi menjadi asam lemak bbas, 2 monoglycerida dan glycerol. Monoglycerida bersama-sama denganasam lemak dan garam empedu membentuk micelle untuk dapat diserap melalui brush border pada dinding usus halus. Micelle merupakan bentuk emulsi dari hasil digesti lemak pada lumen usus nonruminansia. Setiap bentuk particle emulsi terdiri tidak kurang dari 1 juta micelle. Walaupun garam empedu dipaai dalam pembentukan micelle, ternyata diserap tidak dalam waktu yang sama dengan penyerapan lemak. Garam empedu diserap di daerah ileum, sedang lemak (micelle) diserap di duodenum dan jejenum bagian atas. Glycerol dan asam lemak rantai pendek dapat diserap langsung yang selanjutnya tersalur lewat darah portal. Micelle yang diserap selanjutnya mengalami pemecahan lagi yaitu asam lemak yang rantainya lebih dari 10 dan 2-monoglycerida. Melalui jalur monoglycerida α-glycerophosphate, zat-zat ini diresynthesis menjadi triglecerida lagi dalam epithel usus halus. Jalur lewat monoglycerida pada non ruminansia lebih menonjol daripada jalur satunya. Sebelum melalui membrane basal untuk diteruskan ke sistem lymphaticus, dibentuk chylomicron yang merupakan gabungan dari triglycerida (86%), protein, cholesterol, phospholipid dan vitamin larut lemak. Bentuk ini disebut pula Low density lipoprotein yang merupakan bentuk transportasi lemak dalam tubuh.
            Proses digesti, pembentukan micelle, absorbsi dan pembentukan chylomicron pada nonruminansia dapat dilihat pada bagan berikut.
Gambar 4.8.
Bagan Metabolisme lemak pada nonruminansia

b.      Ruminansia
            Pada ruminansia muda, sebelum rumen berfungsi, proses metabolisme lemak sama dengan pada nonruminansia dan setelah dewasa, proses tersebut terdapat beberapa perbedaan yaitu antara lain:

1.      Semua dietary lemak (tryglycerida, phospholipid dan galactolipid) mengalami hydrolysis oleh bakteri dan protozoa dalam rumen.
2.      Terjadi proses hydrogenasi asam lemak tidak jenuh (unssaturated à saturated), sehingga lemak yang masuk ke usus kecil sebagian besar sudah dalam bentuk asam lemak jenuh dan sedikit monoglycerida.
3.      Terjadi sintesis microbial lipid.
4.      Dalam pembentukan micelle, yang berperanan sebagai pembentuk lapisan micelle dan sebagai stabilisator adalah bukan monoglycerida seperti pada nonruminansia tetapi lysolecithin.
5.      Jalur resintesis tryglycerida dalam epithelium usus adalah jalur α-glycerophosphate, bukan jalur monoglycerida.

            Sedikitnya monoglycerida pada hydrolisis lemak dalam rumen dapat dilihat pada penelitian dengan memberi pakan 1 kg chooped hay + 50 gr palm oil pada domba. Dari tabel berikut terlihat bahwa 5 jam setelah proses digesti pada rumen persentase terbesar adalah asam lemak.
            Untuk memberi gambaran kandungan asam lemak pada rumen ingesta (lebih saturated), adalah pada penelitian ternak rumiinansia yang diberikan pakan clover pasturage yang susunan asam lemaknya banyak yang tidak jenuh.
            Dan ternyata pada rumen ingesta, asam lemak tidak jenuh telah mengalami hydrogenasi menjadi asam lemak jenuh.





Tabel 4.4.
Hydrolisis lemak rumen

Total lipid
% macam lipid dari total lipid
TG
DG
MG
Phopho-lipid
As. lemak
Diet
0 jam rumen digesta
1 jam rumen digesta
5 jam rumen digesta
6,28
5,10
6,19
6,42
72,4
0,08
30,4
11,1
13,7
0,0
1,65
0,0
1,66
0,06
0,00
0,00
1,2
15,2
7,1
12,4
11,0
84,7
60,9
76,5

Tabel 4.5.
Perbandingan komposisi asam lemak
pada diet dan rumen ingesta
Asam lemak
Diet (clover)
(% berat)
Rumen ingesta)
C14:0
C14:1
C16:0
C16:1
C18:0
C18:1
C18:2
C18:3
-
-
8,9
7,9
2,8
9,5
8,1
58,9
-
-
-
-
-
90
90
90
1,2
0,2
16,9
1,8
48,5
19,4
2,9
3,3
Proses terjadinya hidrogenasi asal lemak dapat diperkirakan seperti pada alur di bawah ini:

Selanjutnya perbedaan lain pada ruminansia adalah:
1.      Tidak bis mengubah susunan asam lemak cadangan dengan mengubah susun asam lemak pakan. Terutama tidak adanya C18:3.
2.      adanya asam lemak trans, walaupun dalam diaet tidak ada (Biasanya pakan mengandung C15 configurasi).
3.      Adanya asam lemak rantai cabang pada ruminansia.
Tabel berikut memberikan gambaran tentang susunan asam lemak cadangan pada beberapa hewan yang diberi intake lemak pakan hampir sama.
Tabel 4.6.
Komposisi asam lemak cadangan pada
beberapa hewan
H e w a n
Asam lemak (%)
C11:0
C16:0
C18:0
C18:1
C18:2
C18:3
Text Box: NRKelinci
Kuda
2
5

22
26
6
5
13
34
8
5
42
16
Text Box: RBiri-biri
sapi
3
2
25
27
28
27
37
39
3
2
-
-

Perbedaan komposisi ini karena pengaruh dari microorganisme terhadap dietary fat, sehingga lemak cadangan ruminansia mengandung banyak C18:0 (asam asetat), sedang nonruminansia lebih banyak asam lemak lenolic (C18:3). Sebagai contoh komposisi asam lemak pakan pada ruminansia dapat dilihat pada Tabel 4.7.
tabel 4.7.
komposisi asam lemak pakan ruminansia
Asam lemak
Clover
Alfalfa
Campuran biji-bijia*)
C16:0
C16:1
C18:0
C18:1
C18:2
C18:3
Lain-lain
8,9
7,9
2,8
9,5
8,1
58,9
2,8
35,0
1,8
4,8
4,8
21,9
31,8
-
14,1
-
1,3
25,3
57,5
1,7
*) terdiri atas campuran 75% jagung, 10% oat, 12,5% SOBM dan 2,5% mineral


Berikut bagan alur digesti dan absorbsi lemak pada ruminansia.
Gambar 4.9.
Metabolisme lemak pada ruminansia


Gambar 4.10.
Digesti lemak pakan pada ruminansia




c.       Absorbsi asam lemak volatil pada rumen
      Karena VFA termasuk lemak, walaupun berasal dari hasil pemecahan karbohydrat, maka dibicarakan pada bab ini, sedang pemecahan karbohydrat menjadi VFA akan dibicarakan pada metabolisme karbohydrat.
Pada dasarnya absorbsi VFA dipengaruhi oleh:

1.      pH rumen. Dimana makin tinggi pH (diatas7) penyerapan makin menurun, dan sebaliknya pada pH rumen lebih kecil dari 7.
2.      Panjang pendeknya rantai asam lemak, dimana secara relatif, makin panjang rantai asam lemak makin cepat penyerapan. Laju penyerapan adalah butyrate > propionate >acetate.
3.      Ada hubungan linear antara penyerapan asam lemak dengan jumlah ion bicarbonat (HCO0-) pada rumen.

Bila digambarkan seperti berikut:

Jadi dapat dilihat 2 mole asam lemak terserap maka 1 mile CO2 hilang dan 1 mole bicarbonate (HACO3-) terjadi. Mekanisme ini juga menggambarkan bahwa absorbsi FA terjadi secara aktif yaitu akibat adanya perbedaan energy konsentrasi antara FA pada rumen dengan pada darah arteria.
Selanjutnya yang terjadi pada sel epithel dinding rumen adalah:
1.      Asam butirat mengalami oksidasi menjadi β-hydroxy butyric acid (BHBA). Oleh karena itu konsentrasi BHBA pada darah vena akan lebih besar daripada darah arteria. Datya yang menggambarkan terjadi perubahan butirate menjadi BHBA dapat dilihat pada 2 tabel hasil penelitian berikut.
Tabel 4.8.
Persentase molar dari VFA pada cairan rumen,
epithel cell rumen dan darah vena
M a c a m
Asam lemak
As. Acetat
Propionat
Butirat
valerat
Cairan rumen
Jaringan epithel
Darah vena
68,4
73,3
83,0
16,8
18,4
12,9
11,3
2,1
1,7
3,4
3,2
1,4
Tabel 4.9.
Konsentrasi BHBA (Um/100 mL darah)
pada arteria dan vena rumen
Sample No.
BHBA
Arteria
V e n a
1
2
3
4
5
13,1
14,9
20,4
17,0
16,8
41,6
33,8
44,8
55,7
55,2
2.      Juga terlihat pada tabel di atas bahwa jaringan rumen tidak mengubah sama sekali asam asetat.
3.      Walaupun tidak seperti asam butirat, asam propionat sedikit mengalami perubahan di dalam jaringan dinding rumen yaitu:

Propionate + ATTP + Mg++ CoA à propionyl CoA + pp
Propionyl CoA + ATP + CO2 à methyl-malonyl CoA + ADP + 1p mmCoA à succinyl CoA
Succinyl CoA à malate ß à oxalacetic + CoA
Malate ß à  oxalacetic à pyruvate ß à PEP
        Atau                –CO2                atau
Selanjutnya asam lemak yang beredar dalam darah atau menjadi sumber pembentukan asam lemak rantai panjang yang bersama-sama α-lycerol-β dari glucose akan menyusun lemak susu.
Pembentukan lemak susu (milk fat) ternyata dipengaruhi oleh beberapa hal:

1.      Ratio acetate/ propionat di dalam rumen, yaitu makin tinggi acetate milk fat akan semakin tinggi.
2.      pH rumen, yaitu semakin rendah pH rumen, maka akan merangsan ke arah tingginya milk fat.
3.      BHBA mensupply 8.10% carbon untuk milk fat.
4.      Makin tinggi precursor yang bersifat glucogenic (glucose, insuline) akan meninggikan milk fat, sebaliknya noglucogenic dan depo fat menurunkan asam lemak rantai panjang.
Pembentukan lemak susu dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.11.
 Pembentukan lemak sus dari dietary fat,
VFA (acetate, BHBA) dan dari glucose
Gambar 4.12.
Synthesis Lemak Susu pada Ruminansia

Pada 2 regine pakan yang terdiri atas control yang tersusun atas 18 lbs alfalfa hay dan 24 lbs biji-bijian (high roughage), dan pakan high grain low roughage (HGLR) yaitu 35 lb biji dan 5 lb hay akan memberi profil CFA rumen dan milk fat seperti tabel berikut



Tabel 4.10.
Profil VFA dari Diet yang berbeda
Diet
VFA (molar %)
M i l k
Acetic
Propionat
Butirat
Valerat
Ac/Pr
Hasil
Lb/hr/ekor
%
Control
HGLR
,62,4
47,0
23,9
39,8
12,3
9,4
1,4
3,8
2,01
1,19
57,4
56,7
3,21
1,77

Jadi terlihat pada tqabel tersebut bahwa ratio yang rendah antara acetat edan propionat yang terjadi pada diet HGLR akanmenurunkan kadar lemak susu.
Pada pemberian bicarbonat pada ransum HGLR denganmaksud untuk menaikkan pH, ternyata memang menaikkan milk fat yaitu naik 1,36% menjadi 2,33%
            Di samping HGLR menurunkan milk fat, pernah dilaporkan pula bahwa feeding unsaturated FA atau oil (200-300 gr oil/hari) dapat menurunkan milk fat 20-40%, juga feeding pasture jenis Peral Millet menurunkan milk fat pula. Juga beberapa peneliti di dalam upaya mengubah komposisi lemak susu dengan jalanmemproteksi lemak agar tidak mengalami manipulasi oleh microorganisme di dalam rumen.

d.      Biosynthesis dan degradasi asam lemak
            Dari alur metabolisme lemak baik pada nnruminansia mapun rumninansia, asam lemak terbentuk dari degradasi triglycerida pada lumen usus atau rumen. Di samping itu asam lemak tersusun dari acetyl CoA (2 carbon) yang berasal dapat dari karbohydrat atau asam amino lewat cyclus creb. Synthesis FA terjadi pada cytoplasma.
Acetic acid + Coenzyme A           à Acetyl CoA
Acetyl CoA + CO2                       à Malonyl CoA
Malonyl CoA + Acetyl CoA        à Butyryl CoA
Butyryl CoA + Acetyl CoA         à Coproyl CoA
Coproyl CoA + Acetyl CoA         à seterusnya s/d C16
            Perbedaan pembentukan asam lemak pada nonruminansia dan ruminansia adalah hanya terletak pada sumber substratnya, yaitu pada nonruminansia hanya berasal dari glucose lewat citrate yang leuar dari mitochondria, sedang pada ruminansia di samping glucose dan lewat cyclus creb, juga acetate (VFA) yang diproduksi di rumen dapat menyebutkan ada perbedaan sumber NADPH. Lokasi pembentukan asam lemak ternyata tidak sama pada semua species.
Babi dibentuk di adipose tissue
Manusia dibentuk di hepar
Sapi /biri-biri kebanyakan di adipose tissue tetapi dilaporkan juga di hati dan glansula mammae
Ayam hanya di hepar
Tikus baik pada adipose tissue maupun pada hepar
Degradasi atau catabolisme FA tidak diutarakan disini, tetapi hanya perlu disebutkan bahwa peecahan asam lemak dilakukan dengan proses oksidasi yang disebut β-oxidasi.

e.       Adipose tissue
            Biosynthesis tryglicerida sudah jelas pada alur metabolisme yaitu:
a.       Fatty acyl CoA yang bereaksi dengan glycerol phosphate membentuk phospholipid seterusnya diubah menjadi diglycerida dan selanjutnya tryglicerida
b.      Atau fatty acyl CoA bereaksi dengan monoglycerida membentuk diglycerida dan selanjutnya triglycerida
Lipid dalam darah dapat berasal dari penyerapan chylomicron, synthesis dalam jaringan dan mobilitasi dari depot lemak. Jarang terjadi konsntrasi tinggi lemak dalam darah yang disebut lipemia, disebabkan karena proses transformasi dari chylomycron ke tryglicerida dalam jaringan berjalan sangat cepat.
Lemak dalam darah diangkut oleh lipoprotein (chylomicron) dengan density dari yang rendah ke density yang lebih tinggi. Komposisi lipoprotein dapat dilihat seperti tabel di bawah ini:




Tabel 4.11.
Komposisi serum liporpotein
Type*)
Density*)
Konsentrasi
mg/100 mL
Protein
TG
Phos
phat
cholesterol
FFA
Ester
bebas

Chylomicron
Lipoprotein


Lipoprotein

0,96
0,96-1,006
1,006-1,019
1,019-1,063
1,063-1,125
1,125-1210
0,50
150
50
350
50
300
1
7
11
21
33
57
87
52
25
10
11
5
8
19
23
22
29
20
3
14
31
38
21
12
1
7
8
8
6
3

1
1
1

3
*) Kenaikan density disebabkan karena meningkatnya protein dan turunnya proporsi lemak
            Timbunan lemak badan berbentuk sebagai tryglicerida, yang dapat disusun dari karbohydrat maupun oksidasi dari asam lemak. Tryglecerida berperanan sebagai sumber energi, oleh karena itu proses deposisi dan mobilisasi terus berjalan beriringan. Bila intake energi berlebihan maka arusnya ke arah deposisi, sedang bila intake kurang (puasa), arusnya ke arah mobilisasi. Mobilisasi juga berjalan cepat dalam keadaan stress, exercise, puasa dan diabetes. Mekanisme deposisi dan mobilisasi berjalan sebagai berikut:
1.      Chylomicron yan gberisi tryglicerida, akan dihydrolisis oleh liproprotein lipase (LPL) atau disebut pula cleaving factor lipase (CFL). Enzyme berada pada dinding capiler (capiler endothlium). Pada keadaan makan banyak (sedang makan) aktivitas enzyme ini tinggi.
Hasil hidrolisis tryglicferida adalah asam lemak bebas (FFA) yang akan menuju ke jaringan depot lemak dan berubah menjadi acyl CoA yang akan bereaksi dengan a-glycerophosphat dari glycogen menjadi tryglicerida. Aktivitas deposisi ini juga meningkat oleh pengaruh glucose dan insuline, yaitu melalui peningkatan aktivitas enzyme LPL dan pembentukan α-GP.








2.      Mobilasi tryglicerida dari adipose tissue disebut pula lipolysis. Kegiatan in idilakukan oleh tryglicerida lipase yang terdiri atas 3 enzyme yaitu:
a.       Hormon Sensitive Lipase (HSL)


 
TG          DG + FA
b.      Diacyl glycerol lipase (DGL)
DG          MG + FA
c.       Monoacyl glycerol lipase
MG          glycerol + FA
Mobilisasi lemak dari depo lemak dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu:
a.       Syaraf symphatis, yaitu menghasilkan norepinephrine yang mengaktifkan kerja HSL.
b.      Hormon-hormon ACTH, TSH dan glucagon juga mempengaruhi kerja HSL dengan aktivitas cepat (produksi cAMP meningkat).
c.       Hormon-hormon growth hormon dan gluccorticoid yang mempengaruhi mobilisasi dengan kecepatasn lamban yaitu pada keadaan puasa dan diabetes.



Sudah diterngkan di depan bahwa macam asam lemak dalam adipose tissue berbeda diantara species, misalnya:
-          Lard, tinggi asam lemak unsaturated (lenolic acid), sehingga melting point rendah.
-          Tallow (mutton), tinggi stearic acid sehingga melting pointnya tinggi.
-          Butter, banyak asam lemak rantai pendek.
Di dalam hewan sendiri, internal fat lebih banyak FA saturated daripada external fat.