USAHA PEMELIHARAAN
BROILER DENGAN PROGRAM PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN 6 JAM/HARI
SEBAGAI UPAYA
MEMPERBAIKI EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN
TUGAS AKHIR
Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi
Ternak Jurusan Peternakan
Oleh:
Hery
Widyastuti Nofia Ayu Ningrum
C31121142
PROGRAM STUDI PRODUKSI TERNAK
JURUSAN PETERNAKAN
POLITENIK NEGERI JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ayam broiler merupakan jenis unggas yang memiliki
pertumbuhan yang sangat cepat dibandingkan dengan jenis unggas lainnya, yaitu dapat
dipanen pada umur 28-32 hari. Usaha pemeliharaan ayam broiler memiliki peluang
yang sangat bagus untuk dikembangkan. Hal tersebut dapat dilihat dari
perkembangan populasi ternak ayam broiler yang ada di Indonesia setiap tahunnya
mengalami peningkatan. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa jumlah penduduk
Indonesia pada tahun 2010 mencapai 237,641 juta jiwa. Pertambahan jumlah
penduduk ini berdampak pada meningkatnya jumlah permintaan daging broiler.
Peningkatan daging broiler pada tahun 2011 sebanyak 1.337.909 ekor menjadi
1.479.812 ekor pada tahun 2013 (anonim, 2013).
Dalam usaha broiler, para peternak sering mengalami
permasalahan permasalahan yang berdampak tidak maksimalnya keuntungan yang
diperoleh. Kurang maksimalnya keuntungan ini bisa di karenakan beberapa faktor
misalnya tingginya harga DOC, selalu naiknya harga pakan dan ketidak stabilan
harga daging. Salah satu upaya yang bisa
dilakukan untuk menekan biaya sehingga menghasilkan keuntungan usaha yang
maksimal adalah dengan menerapkan program pembatasan pemberian pakan.
Program pembatasan merupakan salah satu upaya dalam
meningkatkan efisiensi penggunaan pakan yang nantinya mampu menekan nilai FCR. Hal ini sejalan dengan Santoso (2001)
yang menyatakan bahwa program pembatasan pakan dapat memperbaiki konversi
ransum dan menurunkan penimbunan lemak ayam pedaging unsexed. Muherlien, dkk. (tanpa tahun) mengungkapkan bahwa
pemberian pakan selama 6 jam/hari menghasilkan angka konversi pakan terendah
yaitu 1,6 atau menghasilkan efisiensi pakan yang tinggi pada ayam pedaging finisher.
1.2
Rumusan
Masalah
Apakah
program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam / hari yang menghasilkan nilai
FCR 1,67 dapat meningakatkan efisiensi
penggunaan pakan dan keuntungan dalam
usaha pemeliharaan broiler?
1.3
Tujuan
dan Manfaat
1.3.1
Tujuan
Usaha
pemeliharaan broiler dengan program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/
hari ini dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki konfersi pakan, meningkatkan
efisiensi penggunaan pakan, sehingga dapat meningkatkan keuntungan dalam usaha.
1.3.2
Manfaat
Kegiatan ini dilakukan dengan harapan dapat memberi
informasi dan menambah pengetahuaan kepada para peternak serta masyarakat
tentang salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan efisiensi
penggunaan pakan dan meningkatkan keuntungan usaha yaitu dengan menggunakan
metode pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/ hari
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Usaha Peternakan Broiler
Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian melaporkan bahwa komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang
sangat baik karena didukung oleh karakteristik produk unggas yang dapat diterima
oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dan
mudah diperoleh (anomim, 2007).
Semakin
bertambahnya kebutuhan masyarakat akan daging ayam berdampak pada semakin
banyak pula usaha peternakan broiler yang bermunculan. Hal inilah yang menjadi
dasar mengapa beternak broiler menjadi usaha yang sangat prospektif.
Permasalahan
yang sering muncul dalam usaha peternakan ayam broiler adalah tingginya harga Day Old Chicken (DOC), pakan dan obat-obatan.
Permasalahan lain yang harus diperhatikan adalah masalah iklim dan cuaca serta resiko
sosial atau lingkungan sekitar. Kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan
suhu udara yang tinggi juga menjadi sebuah masalah yang harus diselesaikan. Rao, et al. (2002) menyatakan bahwa
pemeliharaan unggas di negara negara tropis, suhu lingkungan merupakan stressor yang utama, dengan kisaran suhu
yang luas yaitu 5 - 46ºC untuk waktu yang lama. AAK (1986) menyatakan bahwa
dengan suhu lingkungan yang terlalu tinggi berdampak pada rendahnya konsumsi
pakan sehingga menghambat laju pertumbuhan.
Rahardi
(1993) menyatakan bahwa biaya pemenuhan pakan menjadi faktor biaya yang paling
besar dikeluarkan yaitu 60-80% dari total biaya produksi. Permasalahan biaya ini
timbul karena kenaikan harga pakan dan biaya produksi yang tidak disertai dengan
kenaikan harga ayam hidup.
Selain
faktor biaya, permasalahan lainnya adalah dengan munculnya wabah penyakit yang menyerang
ayam sehingga menurunkan minat konsumen terhadap daging ayam (Suharno, 2000).
Untuk menghindari terjangkit wabah penyakit maka perlu diperhatikan tentang
program sanitasi dan biosecurity
dalam pelaksanaan pemeliharaan.
Dalam
usaha peternakan broiler terdapat tiga faktor utama yang menentukan
keberhasilan usaha. Ketiga faktor tersebut yaitu breeding, feeding dan manajemen. Faktor breeding adalah faktor yang berkenaan dengan bibit, feeding adalah faktor yang berhubungan
dengan kualitas pakan, sedangkan manajemen adalah faktor produksi yang
berhubungan dengan tata laksana dalam beternak. Keberhasilan usaha akan
tercapai apabila di dalamnya terdapat program pengelolaan yang baik.
Pengelolaan usaha broiler harus ditunjang dengan kemampuan manajemen yang baik,
mulai dari manajemen produksi, keuangan, sumberdaya manusia, sampai kepada
manajemen pemasaran (Angraini, 2011).
2.2 Program Pembatasan Pakan
Masalah
yang dialami peternak yang merugi sebenarnya bukan karena naiknya atau mahalnya
harga pakan, melainkan disebabkan oleh tingginya jumlah pakan yang dikonsumsi
dan tidak disertai dengan tingginya berat badan masa panen. Tingginya nilai
konversi (FCR) menjadi salah satu tolak ukur dari kegagalan dalam beternak. Nilai
FCR yang tinggi bisa ditekan dengan mengadakan program pembatasan pakan
Menurut
Santoso (1999) pembatasan pakan adalah program pemberian pakan pada ternak
secara terbatas pada umur dan periode tertentu. Barbato, et al. (1983) melakukan penelitan terhadap pembatasan jumlah
pemberian pakan dan air yang menghasilkan menurunya konsumsi makan,
pertumbuhan, komposisi tubuh dan konversi ransum.
Lesson
dan Summer (1997) menyatakan bahwa dampak positif dalam sistem pemberian pakan
terbatas yaitu untuk menambah efisiensi makanan, sehingga biaya makan yang
dipakai untuk memproduksi telur per kilogram menjadi lebih rendah.
Yule
dan Fueling (1979) menyatakan bahwa program pembatasan makan selama delapan jam
setiap hari dapat meningkatkan bobot badan akir dan konversi ransum yang lebih
rendah.
Maherlien,
dkk. (tanpa tahun) mengungkapkan bahwa pemberian pembatasan pakan selama 6
jam/hari menghasilkan angka konversi pakan terendah yaitu 1,6 atau menghasilkan
efisiensi pakan yang tinggi pada ayam pedaging finisher. Pemberian pakan pada fase finisher ini dikarenakan pada fase ini ayam cenderung membutuhkan
pakan sedangkan pertambahan bobot badan cenderung rendah.
Farrel,
dkk. (1979) menyatakan bahwa pembatasan pemberian pakan 12 jam pada malam hari
menghasilkan bahwa laju pertumbuhan dan nilai konversi pakan terbaik. Hal ini
terjadi karena efektifnya penggunaan ransum sebagai akibat dari toleransi
terhadap panas. Menurur Rao, et al.
(2002) menyatakan bahwa selama cuaca panas, unggas harus dijauhkan dari ransum
sementara karena suhu meningkat mencapai puncaknya.
Program
pembatasan pakan tidak boleh dilakukan dengan jangka waktu yang terlalu lama,
hal ini juga di sampaikan Walter dan
Aitken (1978) yang menyatakan bahwa
apabila pembatasan makan dilakukan terlalu berat maka akan terjadi penurunan
produksi ayam di masa produksi.
BAB
3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan
proyek Usaha Mandiri dengan sistem pemeliharaan penerapan program pembatasan
pemberian pakan selama 6 jam/hari ini dilakukan pada 04 Oktober 2014 sampai
dengan 07 November 2014 di Kandang Unggas Tengah Politeknik Negeri Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Kandang
ayam broiler, sekat, lampu, tempat pakan, tempat minum, tirai, sprayerr,
timbangan, termometer, dan higrometer.
3.2.2
Bahan
Bahan
yang digunakan adalah 201 ekor DOC (Day
Old Chick) merk dagang CP 707, pakan broiler komersial merk dagang ACT,
vitamin, gula merah, vaksin, obat, dan kapur.
3.3 Prosedur Pelaksanaan
3.3.1
Persiapan Kandang dan Peralatan
Sanitasi
dan pembersihan kandang dimulai pada hari Rabu 24 September 2014. Kegiatan yang
dilakukan adalah pencucian dan penyemprotan kandang menggunakan sprayer. Pencucian dan penyemprotan ini
bertujuan untuk membersihkan kotoran dari pemeliharaan sebelumnya.
Kamis,
25 September 2014 kegiatan selanjutnya yangg dilakukan adalah pengapuran lantai
kandang. Senin, 29 September 2014 kegiatan yang dilakukan adalah penyemprotan
Neotisep dan penyemprotan Formalin pada dinding kandang, sekat, tempat pakan
dan tempat minum.
Persiapan
kandang dan peralatan ini dilakukan dengan tujuan agar kandang yang nantinya di
gunakan dalam proyek usaha mandiri ini benar benar bersih serta bebas dari
mikroorganisme penyebab penyakit.
3.3.2
Pemasangan Litter dan Persiapan Brooding.
Pada
hari Kamis, 3 Oktober dilakukan pemasangan lingkar pelindung atau chick guard yang terbuat dari seng.
Dalam lingkar pelindung inilah natinya akan dilakukan proses brooding.
Pemasangan
alas berupa sekam padi yang kemudian dilapisi lembaran lembaran koran, setelah
itu barulah pemanas untuk brooding di
nyalakan. Masa brooding merupakan
masa paling kritis dalam siklus pemeliharaan ayam. Salah penanganan pada masa
ini akan berakibat pada tinggginya angka mortalitas serta laju pertumbuhan yang
tidak maksimal. Menyalakan pemanas atau induk buatan dilakukan 1 hari sebelum DOC
datang, hal ini bertujuan untuk menciptakan temperatur lingkungan yang hangat
secara merata sehingga dapat mengurangi angka strees kejut karena dingin (cool shock) pada DOC (Fadilah, 2013)
3.3.3
Penerimaan DOC
Sabtu,
4 Oktober 2014 adalah proses penerimaan DOC. Pada saat DOC datang, pakan dan
air gula dengan presentase 2% gula untuk 1 liter air sudah dikondisikan ada di
dalam brooding. Pemberian air gula ini bertujuan untuk mengurangi stress dan
memberikan energi cepat pakai pada anak ayam, sehingga kelelahan karena
perjalanan dapat dikurangi (Rassyaf,2003). Sebelum dimasukan dalam brooding
terlebih dahulu dilakukan penimbangan bobot awal DOC.
3.3.4
Vaksinasi
Program
vaksinasi dilakukan dengan menggunakan vaksin ND dan Gumboro. Vaksin ND kill
diberikan pada umur 4 hari melalui injek,
vaksin Gumboro
diberikan pada umur 10 hari melalui air minum. Kemudian
ND Lasota diberikan pada umur 21 hari melalui air minum
Vaksinasi
dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit, kegiatan ini dapat diartikan sebagai
suatu aktivitas memasukan agen penyakit baik itu berupa virus, protozoa atau
bakteri yang dilemahkan kedalam tubuh ternak. Pasca pemberian vaksin, ayam di
beri minum vitamin selama 3 hari untuk membantu meningkatkan kekebalan tubuh
ayam (Fadilah, 2013)
3.3.5
Pemberian Pakan
Ayam broiler
dipelihara dengan pemberian pakan normal dan sesuai standart pada umur 1-20
hari.
Pada saat ayam
memasuki umur 21 hari program pembatasan pemberian pakan mulai diterapkan.
Pemberian pakan dilakukan mulai pukul 17.00 – 11.00 wib. Setelah pukul 11.00
wib seluruh pakan yang tersisa dalam kandang ditarik dan ayam menjalani
pemuasaan. Program pembatasan pemberian pakan 6 jam/hari ini dilakukan hingga
masa panen.
3.4 Parameter Pengamatan
3.4.1 Konsumsi Pakan
Penghitungan konsumsi
pakan dilakukan setiap hari dengan menghitung selisih antara jumlah pakan yang
diberikan dan jumlah pakan yang tersisa.
3.4.2 Pertambahan Bobot Badan
Data pertambahan
bobot badan diperoleh dengan penimbangan. Penimbangan ini dilakukan 2 kali
yaitu diawal minggu dan di akir minggu.
3.4.3 Efisiensi Pakan
Untuk mengetahui
keefisiensian pemberian pakan bisa dilihat dari FCR. Perhitungan FCR dilakukan
dengan cara membandingkan konsumsi pakan ayam dalam satu minggu dengan bobot
badan ayam.
3.4.4 Mortalitas
Perhitungan
mortalitas dilakukan selama pemeliharaan dengan membandingkan antara jumlah
ayam yang mati pada setiap populasi dengan jumlah total ayam yang dipelihara
dan dinyatakan dalam bentuk persen (%).
3.4.5 Morbiditas
Perhitungan
morbiditas dilakukan selama pemeliharaan dengan membandingan antara jumlah ayam
yang sakit dengan jumlah total ayam yang dipelihara dan dinyatakan dalam bentuk
persen (%)
3.4.6 Suhu dan Kelembapan
Pencatatan dari
kegiatan pengukurran suhu dan kelembapan dilakukan 3 kali. Pagi hari pada pukul
06.00 wib, malam hari pada pukul 01.00 wib sedangkan sedangkan sore hari pada
pukul 18.00 wib.
3.4.7
AnalisaUsaha
a.
Analisa
R/C Ratio ( Revenue/Cost )
Suatu
usaha dikatakan menguntungkan jika perbandingan antara R dan C (R/C) bernilai
> 1.
Analisa R/C dihitung dengan rumus :
R/C Ratio = Total penerimaan
penjualan
Total biaya
b.
Analisa
BEP ( Break Even Point)
Analisa BEP produksi dihitung dengan rumus :
BEP Produksi =Total biaya
Harga jual
Analisa
BEP harga dihitung dengan rumus :
BEP Harga = Total biaya
Total Produksi
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Konsumsi Pakan
Berdasarkan
pemeliharaan dalam proyek usaha mandiri dengan penerapan pembatasan pakan
selama 6 jam/hari diperoleh data konsumsi pakan sebagai berikut:
Tabel
4.1 Konsumsi Pakan Komulatif
Minggu
Ke-
|
Konsumsi Pakan Komulatif
(Gram/Ekor/Minggu)
|
I.
|
135,82
|
II.
|
479,35
|
III.
|
1095,41
|
IV.
|
1803,86
|
V.
|
2717,02
|
Dari
tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada masa pemeliharaan minggu ke lima memiliki
nilai konsumsi pakan komulatif sebesar 2717,02 gram/ekor. Charoen Phokpan (2009)
menyatakan bahwa standart konsumsi komulatif pemeliharaan broiler minggu kelima sebesar 2912 gram/ekor.
Rendahnya konsumsi komulatif pada pemeliharaan ini diduga karena adanya penerapan program
pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/hari yang pemberian pakannya dilakukan
pada sore hari disaat udara sejuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Reo, et al. (2002) menyatakan bahwa selama
cuaca panas unggas harus dijauhkan dari ransum.
Fadilah ( 2013) menyatakan bahwa pemberian pakan
harus diberikan pada waktu yang tepat, yaitu pada temperatur dingin atau
ssejuk, dan hindari pemberian pakan pada saat cuaca panas yaitu sekitar puku
11.00-15.30. Amrulloh (2003) menyatakan,
pada suhu lingkungan yang sejuk broiler akan lebih meningkatkan jumlah konsumsi
pakannya, hal ini disebabkan karena broiler berada pada suhu lingkungan yang
nyaman baginya.
4.2 Pertambahan Bobot Badan
Data pertambahan
bobot badan diperoleh dengan penimbangan. Penimbangan ini dilakukan 2 kali
yaitu diawal minggu dan di akhir minggu. Pertambahan bobot badan ini dapat
dilihat pada Tabel 4.2
4.2 Tabel Pertambahan Bobot Badan
(gram/ekor)
Minggu
Ke-
|
Bobot Badan
(Gram/Ekor)
|
PBB Fadilah
(2005)
|
|
BB Akhir
|
PBB
|
||
I.
|
177
|
138
|
168
|
II.
|
490,75
|
313,75
|
236
|
III.
|
954,25
|
463,5
|
320
|
IV.
|
1370
|
415,75
|
390
|
V.
|
1850
|
480
|
417
|
Dari tabel 4.2
dapat dilihat bahwa dalam pemeliharaan selama 35 hari menghasilkan bobot badan
akhir 1850 gram. Meski demikian bobot akhir pemeliharaan yang dicapai masih
dapat dikategorikan normal, hal ini juga dikemukakan Santoso dan
Sudaryani (2009), yaitu broiler yang
dipelihara selama 5 minggu menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 1897
gram/ekor. Atmomarsono (2004) bahwa broiler
adalah ayam penghasil daging yang mempunyai produktifitas tinggi, karena dalam
waktu 5 minggu mampu mencapai bobot badan 1,75–2 kg.
Pertambahan bobot badan selama pemeliharaan
menunjukkan hasil yang baik. Perbandingan pertambahan bobot badan yang
dihasilkan selama pemeliharaan lebih tinggi
dari pernyataan Fadilah (2005). Tingginya pertambahan
bobot badan ini dimungkinkan dikarenakan adanya penerapan pembatasan pemberian
pakan selama 6jam/hari yang dilakukan mulai pukul 11.00-17.00 wib. Pemberian
pakan pada saat suhu rendah memungkinkan broiler mengkonsumsi pakan lebih
banyak. Fati (1991) menyatakan bahwa bila suhu tinggi, ayam akan mengkonsumsi
air lebih banyak yang berakibat pada turunya nafsu makan.
Pemberian pakan
pada saat suhu lingkungan yang rendah adalah cara yang tepat untuk membantu
meningkatkan laju pertumbuhan broiler. Pada saat suhu panas broiler akan
mengalami stres yang berakibat pada turunnya konsumsi ransum hingga terjadi
penurunan laju pertumbuhan.
Penerapan
pembatasan pemberian pakan berdampak pada rendahnya aktivitas makan pada
broiler, dengan akivitas makan yang rendah maka energi yang dibutuhkan juga
rendah. Sama halnya apabila ayam memiliki aktivitas makan yang tinggi maka
konsumsi pakan akan meningkat dan kebutuhan energi akan meningkat pula sehingga
energi yang digunakan untuk pertumbuhan bobot badan jadi berkurang. Itu
sebabnya pemeliharaan broiler dengan sistem pemberian pakan secara normal
memiliki angka pertambahan bobot badan yang cenderung lebih rendah bila
dibandingkan dengan broiler yang dipelihara menggunakan sistem pembatasan pemberian
pakan selama 6jam/hari.
4.3 Efisiensi Pakan
Untuk mengetahui
keefisiensian pemberian pakan dilihat dari nilai konversi pakan (FCR).
Perhitungan FCR dilakukan dengan cara membandingkan konsumsi pakan dalam satu
minggu dengan bobot badan yang diperoleh.
Tabel 4.3 Tabel Konversi Pakan
Minggu
Ke-
|
FCR Pemeliharaan
Mingguan
|
FCR
Pemeliharaan Kumulatif
|
FCR Kumulatif Fadilah
(2005)
|
I
|
0,98
|
0,98
|
0,95
|
II
|
1,09
|
1,06
|
1,25
|
II
|
1,32
|
1,19
|
1,37
|
IV
|
1,70
|
1,35
|
1,64
|
V
|
1,90
|
1,50
|
1,76
|
Hasil dari pemeliharaan broiler memperoleh nilai konversi pakan komulatif
sebesar 1,50. Nilai FCR kumulatif pemeliharaan menunjukan angka yang lebih
rendah dari pembanding. Hal ini dikarenakan adanya penerapan program pembatasan
pemberian pakan selama 6jam/hari.
Kecilnya angka
FCR menunjukan menunjukkan bahwa
penggunaan pakan semakin efisien dan semakin ekonomis. Asriati (1996) menyatakan bahwa
konversi ransum adalah ukuran efisiensi yang membandingkan antara hasil yang
diperoleh dengan penggunaan out put atau sumber daya per satuan yang sama yaitu
jumlah ransum yang dikonsumsi oleh sekelompok ayam dalam jangka waktu tertentu
dibandingkan dengan bobot hidup pada waktu ttertentu pula. Angka konversi pakan
yang rendah menunjukan bahwa pakan tersebut memiliki efisiensi yang tinggi
(Yuwanta,2004). Nastiti (2012 )
menyatakan bahwa konversi pakan yang rendah menunjukkan jumlah pakan yang
dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan semakin meningkat dan efisiensi pakan
semakin tinggi.
Tingginya tingkat keefisiensian
penggunaan pakan pada pemeliharaan broiler ini dimungkinkan karena adanya
penerapan pembatasan pemberian pakan sehingga broiler mengalami penurunan aktivitas.
Pada saat aktivitas makan berkurang itu berarti bahwa energi yang digunakan
untuk aktivitas juga berkurang sehingga energi tersebut dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk pertumbuhan.
Barbato, et
al. (1983) melakukan penelitan terhadap pembatasan jumlah pemberian pakan
dan air yang menghasilkan menurunya konsumsi makan, pertumbuhan, komposisi
tubuh dan konversi ransum. Program pembatasan makan selama delapan jam setiap
hari dapat meningkatkan bobot badan akir dan konversi ransum yang lebih rendah (Yule
dan Fueling, 1979). Maherlien, dkk. (tanpa tahun) juga mengungkapkan bahwa
pemberian pembatasan pakan selama 6 jam/hari menghasilkan angka konversi pakan
terendah yaitu 1,6 atau menghasilkan efisiensi pakan yang tinggi pada ayam
pedaging finisher.
4.4 Mortalitas
Perhitungan mortalitas
dilakukan dengan membandingkan jumlah ayam yang mati pada setiap populasi
dengan jumlah total ayam yang dipelihara selama pemeliharaan dan dinyatakan dalam
bertuk persen (%)
Angka mortalitas atau
jumlah kematian yang dialami selama masa pemeliharaan adalah 2 ekor atau 0,99%
dari total broiler yang dipelihara sebanyak 201 ekor. Angka mortalitas tersebut
dikaegorakn rendah karena beradda jauh dibawah ambang batas toleransi kematian
yaitu 5% (Tammalluddin, 2012).
Rendahnya angka
mortalitas ini dikarenakan penerapan manjemen pemeliharan yang sesuai dengan
kebutuhan hidup broiler. Riduwanto (2010), tingkat mortalitas dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya bobot badan, tipe ayam, iklim, kebersihan
lingkungan, sanitasi peralatan, kandang, penyakit, serta suhu lingkungan.
4.5 Analisa Usaha
Akhir pemeliharaan
dilakukan pemasaran broiler, penjualan hasil produksi dilakukan secara langsung
kepada pedagang broiler, dengan harga yang telah disepakati. Perhitungan pengeluaran dan penerimaan usaha ayam
broiler dengan penerapan
program pembatasan pemberian pakan selama 6 jam/ hari sebagai upaya memperbaiki
efisiensi pakan dapat di lihat pada Tabel 4.4
4.4 Tabel Analisa Usaha Pemeliharaan Broiler
Analisa Usaha
|
Hasil
|
Total produksi
|
369,5 kg
|
Total biaya
|
Rp. 5.120.000,
|
Harga jual
|
Rp. 11.000/kg
|
Total
pendapatan
|
Rp. 4.361.000
|
Kerugian
|
Rp. 758.500
|
R/c Ratio
|
0,85
|
BEP Produksi
|
465,5 kg
|
BEP Harga
|
Rp. 13.856,5
|
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa usaha
pemeliharaan broiler dengan penerapan program pembatasan pemberian pakan selama
6 jam/hari mengalami kerugian usaha sebesar Rp. 758.500. Kerugian usaha ini
dikarenakan rendahnya harga jual broiler yang hanya Rp. 11.000/kg.
DAFTAR PUSTAKA
________. 1989. Beternak Ayam Pedaging. Yogyakarta.
Kanisius.
Angriani. E.D.
2011. Perbandingan Pendapatan Antara
Peternak Mitra dan Peternak Mandiri Ayam Broiler di Kab Bungo. Padang. Universitas Andalas press.
Asriati. 1996. Konversi Ransum Pada Ayam. Info Medion.
Bandung. PT Medion.
Barbato. G. F.
P. B. Siegel. And J. A. Cherry. 1983. Selection
For Body Weight At Eight Week of Age. 16 Restriction of Feed and Water.
Poul Sci.
Farrel. D. J.
1979. Pengaruh Dari Suhu Tinggi Terhadap Kemampuan
Biologis Dari Unggas. Bogor. Pusat Penelitian dan Industri Perunggasan.
Lesson. S and J.
D. Summers. 1997. Commercial Poultry
Nutision Secound Edition. Canada. University of Guelph press.
Maherlien.
Achmanu. Kurniawan. Tanpa Tahun. Efek
Lama Waktu Pembatasan Pemberian Pakan Terhadap Performans Ayam Pedaging
Finisher. Malang. Universitas Brawijaya Press.
Nastiti. R.
2012. Menjadi Milyader Budidaya Ayam
Broiler. Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
Rahardi. F.
2001. Agribisnis Peternakan.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Reo. R. SV.D.
Nagalashmi, and V.R. Redy. 2002. Feeding
to Minimize Heat Stress. Poultry Internasional.
Santoso. H. dan
T. Sudaryani. 2009. Pembesaran Ayam
Pedaging Hari Per Hari di Kandang Panggung Terbuka. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Santoso. U.
2001. Effects of Early Feed Restriction
on Growth, Fat Accumulation and Meat Composition in Unsexed Broiler Chikens.
Asian-Aust. J.Amin. Sci.
Santoso.
U. 1999. Aplikasi Teknologi Pembatasan
Pakan Pada Industri Broiler. Poulty Indonesia.
Suharno. Bambang.
2000. Kiat Sumber Berbisnis Ayam.
Jakarta. Penebar Swadaya.
Yule.
K. W. And K. Bondari. 1978. Effect of Timing and Duration of Restricted
Feeding on Compensatory Growth in Broiler.
Yuwanto.
T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Yogyakarta.
Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar